Fatwa Para Ulama Tentang Jama'ah Bid'ah dan Takfir (2)

on Sabtu, 10 Juli 2010

Pemerintahan Yang Sah

Oleh: Asy-Syaikh Shalih ibn Ghanim As-Sadlan


Syaikh berkata :

Pembahasan tentang sah atau tidaknya pemerintahan-pemerintahan yang ada harus dilihat dari tolak ukur yang menentukan sah atau tidaknya pemerintahan itu. Apakah penguasa yang dibai'at rakyatnya secara sah, disetujui oleh seluruh rakyatnya sementara penguasa itu tidak berhukum dengan hukum Allah bahkan menghapus hukum syar'i, melarang rakyatnya menunaikan ibadah, menjauhkan mereka dari agama dan menyebarkan syirik dan kerusakan dapat dikatakan sebagai penguasa yang sah ? Tentu saja penguasa seperti ini tidak bisa dikatakan sebagai penguasa yang sah, karena ia mengajak dan memaksa rakyatnya berbuat ilhad dan syirik dan menumpas segala sesuatu selainnya. Dia itu meskipun pada awalnya dianggap sah namun menjadi tidak sah.

Penguasa lainnya merebut kekuasaan dengan kekuatan senjata atau dinobatkan sebagai penguasa. Segenap rakyat tunduk dan patuh kepadanya, sehingga stabilitas keamanan tetap terjaga, maslahat demi maslahat dapat ditegakkan, rakyat pun hidup dengan tenteram, semua urusan lancar dan beres, ketenangan tetap terpelihara, kaum muslimin dapat melaksanakan ibadah mereka dengan aman dan tenang, kendati ada beberapa catatan atas penguasa itu, dapatkah kita golongkan sebagai pemerintah yang tidak sah ?

Alim ulama menyatakan : Setiap orang yang merebut kekuasaan dengan kekuatan lalu memerintah kaum muslimin berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dan segenap rakyat tunduk dan patuh kepadanya, maka tidak boleh membangkang pemerintahannya meskipun ia tidak dibai'at, karena bukanlah menjadi syarat ia harus dibaiat oleh setiap orang ! Jika seseorang merebut kekuasaan dengan kekuatan, segenap rakyat patuh dan taat kepadanya, stabilitas keamanan terjaga, maka diharamkan memberontak terhadapnya meskipun didapati beberapa perbuatan maksiat dan pelanggaran syariat padanya.

Selama ia tidak mengajak manusia kepada kekufuran dan melarang mereka menjalankan agama atau menutup masjid-masjid kaum muslimin, menyebarkan ilhad dan kekufuran serta lebih mendahulukan orang-orang kafir dan pelaku maksiat dan menjauhi kaum muslimin dan mukminin. Jika demikian keadaannya maka harus disikapi dengan cara yang lain pula. Jadi, apakah maksudnya pemerintah yang sah ? Kita ingin tahu istilah pemerintah yang sah menurut persepsi mereka ! Jika penguasa yang berkuasa dengan kekuatan senjata, dipatuhi dan ditaati oleh rakyat dianggap sebagai pemerintahan yang sah ?

Jadi, untuk mengetahui istilah pemerintahan yang sah perlu kaidah. Beberapa sisi telah kami jelaskan di atas tadi. Adapun mengaitkan persoalan menegakkan pemerintahan yang sah dengan khilafah Islamiyah adalah perkara yang tidak dapat diterima sama sekali. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa masa khilafah rasyidah itu adalah tiga puluh tahun setelah itu akan muncul penguasa-penguasa yang otoriter.

Sumber :

Muraja'att Fi Fiqhil Waqi' As-Sunnah Wal Fikri 'Ala Dhauil Kitabi Wa Sunnah, terjemahan Al-Ustadz Abu Ihsan Al-Atsari.

Siapakah Syaikh?

Beliau adalah Shalih bin Ghanim bin ‘Abdillah as-Sadlan. Lahir dikota Buraidah tahun 1362 H. guru besar di Universitas Muhammad ibn Sa’ud Riyadh. Diantara gurunya adalah ayahnya Syaikh Ghanim bin ‘Abdillah as-Sadlan, Syaikh Muhammad ibn Ibrahim Alu Syaikh, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baaz, Syaikh Muhammad Al-Amin Ash-Shanqiti, Syaikh ‘Abdur-Razaq Al-‘Afifi , dan lainnya. Diantara tulisannya Madhaahir al-Akhtaa fi at-Takfir wat-Tafsiq, An-Niyyah wa Atharuhaa fi Ahkaam ash-Shari’ah, Al-Idah fi ash-Shuroot fin-Nikaah, Salaat-ul-Jamaa’ah wa Ahkaamuhaa, Al-Hukm bi-Ghayri maa AnzalaAllaah dan lainnya.

http://rumahku-indah.blogspot.com/2008/08/syaikh-shalih-ibn-ghanim-as-sadlan.html

Fatwa Para Ulama Tentang Jama'ah Bid'ah dan Takfir (1)

Bahaya Pertemuan – Pertemuan Rahasia

(Salah Satu Tipu Muslihat Iblis)


Oleh : Asy-Syaikh Abdussalam bin Barjas rahimahullahu

Penulis Kitab Mu’amalatul Hukam,

Dalam kitabnya : “Al-Amru bi Luzumi Jama’atul Muslimin wa Imammihim wat Tahdziru min Mufaraqatihim”

Berkata Syaikh rahimahullahu :

Telah dikeluarkan oleh Al-Lalikai dalam As-Sunnah (1/135), Ahmad dalam Az-Zuhud (hal. 48) dan Ad-Darimi dalam Sunannya (1/91) dari Al-Auzai yang berkata, “Berkata Umar bin Abdul Aziz rahimahullahu: “Apabila kalian menjumpai suatu kaum berbisik-bisik tentang urusan agama mereka tanpa melibatkan orang umum, ketahuilah bahwa mereka ini sedang membangun kesesatan”.

Para ulama salafus shalih terdahulu telah memperingatkan bahaya pertemuan-pertemua rahasia, dan hal-hal yang mengantarkan kepadanya merupakan kejahatan dan kejelekan terhadap diri mereka sendiri dan masyarakat pada umumnya. Mereka memperingatkan dan memeranginya karena perbuatan itu akan menjerumuskan pelakunya pada kesesatan.

Sesungguhnya awal kemunculan kesesatan ditengah-tengah kaum muslimin itu adalah secara tersembunyi diantara beberapa orang yang merupakan teman duduk setan. Setan menghiasi amalan-amalan jelek mereka itu dan membisikan bahwa kebenaran itu ada pada mereka saja, dan tidak ada pada yang lainnya. Selain mereka adalah musuh-musuh yang berkaitan dengan perkara yang sampai kepadanya lagi mereka yakini kebenarannya. Kalau masalah ini telah mendarah daging pada diri mereka maka berubahlah menjadi perkara yang wajib diterima dan tidak perlu diperdebatkan lagi. Bergeraklah mereka dengan ditunggangi setan menyebarkan kebatilan dalam bentuk kebaikan, mereka sesatkan generasi muda serta orang-orang awam, sehingga problem menjadi semakin besar dan semakin berbahaya. Sulit mengembalikan mereka kepada kebenaran dan berat menjadikan mereka taat pada penguasa musliminnya. Kemudian akhir dari semua tindakan mereka adalah pertumpahan darah… hal ini merupakan sunatullah.

Perhatikan dengan seksama ucapan Umar bin abdul Aziz rahimahullahu tersebut, maka engkau jumpai bahwa dasar kerusakan itu ialah : pertemuan/perkumpulan yang bersifat rahasia, jauh dari pantauan penguasa kaum muslimin dan pemimpin mereka.

Hendaknya seorang muslim mengenali ahlul batil dengan ciri ini !!!

Hendaknya diketahui pula bahwa pertemuan-pertemuan seperti ini adalah perangkap iblis yang digunakan untuk memburu orang-orang yang lemah. Adapun para pelakunya –seandainya apa yang mereka lakukan adalah benar- tentu mereka tidak perlu bersembunyi dari masyarakat dan menutup-nutupi apa yang ada pada mereka. Bahkan mereka pasti akan menyebarkannya apabila memang berada diatas kebenaran yang disepakati umat. Jika mereka berada diatas kekeliruan (dan umat mengetahuinya) tentu masyarakat akan meluruskannya dan tidak akan membiarkan mereka terus berada dalam kebatilannya.

Hendaklah kalian benar-benar waspada terhadap mereka yang berdalih bahwa pertemuan-pertemuan rahasia itu adalah sebagaimana perbuatan Nabi shallallahu’alaihi wasallam ketika berdakwah di Mekkah secara rahasia pada awal mula dakwah beliau.

Sungguh ini adalah hujjah yang batil. Bahkan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam ketika itu diperintahkan untuk menampakkan agamanya dengan terang-terangan sebagaimana firman Allah Ta’ala: artinya “Sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik” (Al-Hijr 94).

Maka bangkitlah Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdakwah dikota Mekkah ditengah-tengah kaum musyrikin, beliau shallallahu’alaihi wasallam mengalami rintangan serta gangguan fisik namun beliau shallallahu’alaihi wasallam tetap bersabar, demikian pula para shahabatnya juga mengalami berbagai macam gangguan dan mereka pun tetap bersabar.

Dan perintah untuk menyampaikan dakwah secara terang-terangan ini terkandung didalamnya larangan untuk menyampaikan dakwah secara rahasia/sembunyi-sembunyi.

Telah dikeluarkan oleh Ibn Abi Ashim dalam As-Sunnah (2/508-509), dengan sanad yang jayyid dari Ibnu Umar radhiyallahu’ahu yang berkata: “Seseorang telah datang kepada Nabi shallallahu’alaihi wasallam dan berkata, “Wahai Rasulullah beri aku wasiat!!”. Beliau shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkanlah shalat, keluarkanlah zakat, berpuasalah dibulan Ramadhan, tunaikanlah ibadah haji dan berumrohlah, serta dengarkan dan taatlah, wajib atas kalian untuk terang-terangan dan hati –hatilah kalian terhadap ketertutupan/rahasia”.

Maka janganlah seseorang mengatakan : bahwa pemerintah muslimin saat ini berada dalam kejahiliyahan seperti kaum jahiliyah dahulu. Tiada lain orang tersebut telah tergelincir kedalam tindakan takfir dan memisahkan mereka terhadap umat dengan kebencian. Maka butalah matanya dari kebaikan dan tertibnya keadaan sehingga kenikmatan itu berubah menjadi rasa sakit dan munculah perpecahan disebabkan ucapan ini dan yang sepertinya.

Tidaklah dia ketahui bahwa Allah senantiasa mengincar dan memantau mereka, Allah berfirman: artinya : “Dan Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat” (Yusuf 52).

Betapa batilnya qiyas mereka, dan betapa mirip dengan qiyas iblis ketika mengatakan sebagaimana Allah hikayatkan tentangnya: artinya “Iblis menjwab, “Saya lebih baik dari padanya: “Engkau ciptakan saya dari api sedangkan Engkau ciptakan dia dari tanah” (Al-A’raf 12).

Kebatilan pernyataan ini – alhamdulillah- dapat diterima oleh semua orang yang memiliki agama serta hati yang bersih.

Maka setelah ini jangan sampai engkau tertipu dengan cerita orang-orang yang senantiasa bersembunyi-sembunyi (melakukan gerakan-gerakan rahasia) yang batil itu. Ucapan-ucapan mereka –bahwa pemerintah kaum muslimin pada masa kini berada dalam kejahiliyahan sebagaimana masa jahiliyah yang pertama- adalah dalam rangka membenarkan kebatilan mereka dan membela hawa-hawa nafsu mereka.

Allah berfirman: artinya: “Apa yang ada dibalik hati dan jiwa mereka adalah lebih besar”. (Ali Imron 118).

Semoga Allah melindungi kita dan seluruh kaum muslimin dari kejahatan mereka.

Hendaklah benar-benar waspada terhadap pertemuan-pertemuan rahasia apapun bentuknya walaupun slogan daa propaganda mereka adalah dalam rangka mempelajari ilmu syar’i dan berdakwah kepada Allah.

Semenjak Nabi shallallahu’alaihi wasallam berdakwah secara terang-terangan sampai dihari kita ini, telah tegak agama Allah dan khalifah-Nya dimuka bumi, maka tidak perlu lagi gerakan rahasia bahkan itu adalah perbuatan dosa yang nyata dan kemaksiatan yang besar.

Rujukan terjemahan : “Wajibnya Taat Kepada Pemerintah” Penerbit. Cahaya Tauhid Press, terjemahan Hannan Hoesin Bahannan, 2003 hal. 102-107.

http://rumahku-indah.blogspot.com/2010/02/pertemuan-pertemuan-rahasia.html




Kebanyakan Khawarij Munafik !!

Aku berlindung kepada Allah dari sifat-sifat orang munafik, dan jadikanlah diriku termasuk orang-orang yang diampuni.

Ketika Hanya Bacaan Saja

Berkata Abu Isa (Imam Tirmidzi) dalam Sunannya setelah menyebutkan hadits tentang khawarij :

قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ وَأَبِي سَعِيدٍ وَأَبِي ذَرٍّ وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ وَقَدْ رُوِيَ فِي غَيْرِ هَذَا الْحَدِيثِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَيْثُ وَصَفَ هَؤُلَاءِ الْقَوْمَ الَّذِينَ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ إِنَّمَا هُمْ الْخَوَارِجُ الْحَرُورِيَّةُ وَغَيْرُهُمْ مِنْ الْخَوَارِجِ

”Dalam hal ini ada hadits serupa dari 'Ali, Abu Sa'id dan Abu Dzar, hadits ini hasan shahih. diriwayatkan dalam selain hadits ini dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam yang menyebutkan ciri-ciri kaum itu, mereka membaca Al-Qur`an tapi tidak mencapai kerongkongan, mereka meninggalkan agama dengan cepatnya seperti terlepasnya anak panah dari busurnya, mereka tidak lain adalah kaum Khawarij Al-Haruriyah dan kalangan Khawarij lain”.

Penulis berkata: Khawarij terdahulu dikenal sebagai para quro (para pembaca al-Qur’an), akan tetapi mereka tidak memahami bacaannya itu, yaitu hanya sampai tenggorokannya tidak sampai ke hatinya. Adapun dijaman sekarang, anda sekalian akan melihat bahwa mereka pandai membaca Al-Qur'an akan tetapi tidak menyelami maknanya, tidak mentadaburinya, tidak bisa mengambil hikmah dan fiqh yang benar darinya dan bahkan saat menyampaikannya tidak menggunakan adabnya. Mereka hanya ‘lurus’ saja –dalam istilah mereka sendiri-.

Imam Ahmad (2/175) no. 6637 berkata:

حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ مِنْ كِتَابِهِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ شُرَيْحٍ سَمِعْتُ شُرَحْبِيلَ بْنَ يَزِيدَ الْمَعَافِرِيَّ أَنَّهُ سَمِعَ مُحَمَّدَ بْنَ هُدَيَّةَ الصَّدَفِيَّ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِي يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَكْثَرَ مُنَافِقِي أُمَّتِي قُرَّاؤُهَا

Telah menceritakan kepada kami Zaid bin Al Hubbaab -dari bukunya- telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Syuraih aku mendengar Syurahbil bin Yazid Al Ma'arifi berkata; bahwa dia mendengar Muhammad bin Huddayyah Ash Shadafi berkata; aku mendengar Abdullah bin 'Amru bin Al 'Ash berkata; bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya golongan munafik dari umatku paling banyak terdapat dari para quronya."

Hadits ini dishahihkan Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah (no. 750).

Dan Dikenal Dustanya

Dahulu ada sebagian Khawarij dikenal kejujurannya, sampai Imam Bukhori mengambil riwayat darinya. Akan tetapi dizaman ini, mereka merubah gerakannya dengan taqiyah (berbohong untuk kelompoknya). Yang demikian diadopsi dari Rafidhoh (Syi’ah) oleh Khawarij Ibadhiyah dan Madigoliyah seperti telah ma’ruf. Bahkan taqiyah menjadi asas yang diulang-ulang sebagai doktrin-doktrin dalam setiap pertemuan mereka, “Supaya menjaga fathonah, bithonah dan budi luhur…dst” –menurut istilah mereka-.

Berkata Al-Fariyabi dalam Kitab Sifat An-Nifak (no. 48) :

حدثنا هشام بن عمار الدمشقي ، حدثنا مروان بن معاوية الفزاري ، حدثنا عوف الأعرابي ، عن الحسن ، قال : كان يقال : النفاق اختلاف السر والعلانية والقول والعمل والمدخل والمخرج وكان يقال : أس النفاق الذي يبنى عليه النفاق : الكذب

Menceritakan kepada kami Hisyam bin ‘Ammar Ad-Dimasyqi, menceritakan kepada kami Marwan bin Mu’awaiyah Al-Fajari, menceritakan kepada kami ‘Auf Al-A’robi dari Al-Hasan yang berkata, “Orang munafik itu berbeda ketika mereka rahasia dan dihadapan umum, antara ucapan dan perbuatan, saat masuk dan keluarnya. Kemudian beliau berkata, “Pokok kemunafikan yang dibangun dengannya kemunafikan adalah ‘dusta”.

Dan Allah lah tempat memohon pertolongan.

Sumber : Kumpulan Dalil Bantahan Bagi Madigoliyah Yang Menyelisihinya (Jilid 3).

http://rumahku-indah.blogspot.com/2010/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_25.html

Syarah Hadits Khawarij

Nafsu Dalam Mengejar Dunia dan Wanita

Berkata Imam Bukhori:

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ كَثِيرٍ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ خَيْثَمَةَ عَنْ سُوَيْدِ بْنِ غَفَلَةَ قَالَ قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِذَا حَدَّثْتُكُمْ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَأَنْ أَخِرَّ مِنْ السَّمَاءِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَكْذِبَ عَلَيْهِ وَإِذَا حَدَّثْتُكُمْ فِيمَا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ فَإِنَّ الْحَرْبَ خَدْعَةٌ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يَأْتِي فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ حُدَثَاءُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَمْرُقُونَ مِنْ الْإِسْلَامِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يُجَاوِزُ إِيمَانُهُمْ حَنَاجِرَهُمْ فَأَيْنَمَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ قَتْلَهُمْ أَجْرٌ لِمَنْ قَتَلَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Al A'masy dari Khaitsamah dari Suwaid bin Ghafalah berkata, 'Ali radliallahu 'anhu berkata; "Sungguh, aku terjatuh dari langit lebih aku sukai dari pada berbohong atas nama beliau shallallahu 'alaihi wasallam dan jika aku sampaikan kepada kalian tentang urusan antara aku dan kalian, (ketahuilah) bahwa perang itu tipu daya. Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang bersabda: "Akan datang di akhir zaman suatu kaum yang “muda umurnya” lagi dangkal pemahamannya. Mereka berbicara dengan ucapan manusia terbaik namun mereka keluar dari Islam bagaikan anak panah melesat keluar dari busurnya. Iman mereka tidak sampai ke tenggorokan mereka. Maka dimana saja kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka karena pembunuhan atas mereka adalah pahala di hari kiamat bagi siapa yang membunuhnya".

Hikmah dari hadits ini:

1. Makna “muda umurnya” ialah:

Nafsu kepada dunia besar. Seperti Dzul Khuwaisiroh yang menuduh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak adil karena masalah ghanimah (rampasan perang), demikian pula dari khawarij-khawarij zaman sekarang yang menuduh penguasa dan ulama terkait dengan harta benda dan jabatan. Seringkali kita dengar dari mulut mereka fitnah-fitnah, “Dia ingin jadi imam”, ‘Dia keluar karena hutang”, dan lain sebagainya, yang mereka telah menyamakan ahlak dan keinginan dirinya akan semua itu dengan ahlak orang lain walaupun mereka tahu orang lain itu tidak bisa mereka tandingi dalam segi kebaikan ahlak dan kewaraannya.

Semangat dalam mengejar wanita, seperti ‘Abdurrahmân bin Muljam seorang Khawarij pembunuh Ali radhiyallahu’anhu yang semangatnya menguat setelah didorong oleh seorang perempuan bernama Qutom yang sangat dendam pada Ali. Ibnu Muljam berkata pada perempuan itu, “Saya ingin menikahimu!”, lalu perempuan itu menjawab, “Baiklah, tetapi mahar apa yang akan engkau berikan pada saya?”. Ibnu Muljam berkata, “Apa saja yang engkau minta pasti aku kabulkan,”. Maka Qutom mengatakan, “Saya minta 30.000 hamba sahaya, budak yang bisa menyanyi, dan membunuh Ali.” Kemudian Ibnu Muljam mengabulkannya.

Adapun sekarang anda akan melihat fenomena mengejar wanita ini pada mereka (khawarij) !!!. Bahkan ada diantara sebagian mereka yang icip-icip, menikahi sini, cerai sini sampai berpuluh kali. Kadang mimbar-mimbar mereka dipenuhi kata-kata cabul dan kotor sebagaimana yang telah kita ketahui bersama. Ini akan lebih dirasakan lagi oleh orang-orang yang telah mengalaminya.

2. Makna “Dangkal pemahamannya”, akan nampak dimana mereka akan susah memahami hal-hal yang berat-berat, sedikit mau berpikir dan menyukai perkataan sederhana. Pembahasan ilmu diantara mereka tidak mendalam dan dangkal. Alhamdulillah, hal ini tidak akan anda jumpai dalam kitab-kitab dan pembahasan para ulama ahlus sunnah yang mendalam dan lengkap penjelasannya serta kuat hujjahnya.

3. Makna “Berbicara dengan ucapan manusia terbaik” yaitu mereka seolah-olah berbicara dengan Kitabullah dan Sunnah, akan tetapi mereka salah dalam memahaminya karena lemahnya pemahaman dan dangkalnya pemikiran atau terkadang mereka tidak tepat dalam menempatkan dalilnya. Itu semua karena mereka tidak mendapat bimbingan ulama yang mapan ilmunya.

4. Makna “keluar dari Islam bagaikan anak panah melesat keluar dari busurnya”, yakni engkau akan jumpai mereka akan sulit sekali bertaubat dari bid’ahnya itu, sebagaimana tidak mungkin kembalinya panah ke busurnya. Bahkan semakin mereka hebat beribadah dalam bid’ahnya itu, makin jauh lah mereka dari sunnah shahihah. Hanya kepada Allah lah kita memohon pertolongan.

5. Makna “Iman mereka tidak sampai ke tenggorokan mereka” ialah sebagaimana disebutkan dalam hadits lain, ‘mereka suka membaca al-Qur’an akan tetapi bacaan mereka tidak melampaui pangkal tenggrorokan mereka’, kata Imam Nawawi, kalimat ini memiliki tafsir bahwa hati mereka tidak memahami isinya dan tidak bisa memetik manfaat darinya selain “lurus” membaca saja. Anda akan jumpai, sedikit sekali hikmah dan manfaat baik dalam aqidah dan fiqh jika engkau mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah mereka.
Dari Kitabku “Hadits dan Atsar Tentang Khawarij dan Penjelasannya Singkatnya”. Aku berdoa kepada Allah agar bisa menyelesaikannya.


Sampai Kapan Tipu Daya Ini ?!!

Ibnu Syahin dalam Nasikh wal Mansukhu ((1/414) no. 550 – Maktabah Al-Manar) berkata:

حدثنا عبد الله بن محمد البغوي قال حدثنا يحيى بن عبد الحميد قال حدثنا علي بن مسهر عن صالح بن حيان عن ابن بريدة عن أبيه قال جاء رجل الى قوم في جانب المدينه فقال إن رسول الله صلى الله عليه وسلم أمرني ان احكم فيكم برأي وفي أموالكم وفي كذا وفي كذا وكان خطب امرأة منهم في الجاهلية فأبوا أن يزوجوه ثم ذهب حتى نزل على المرأة فبعث القوم الى النبي صلع فقال كذب عدو الله ثم أرسل رجلا فقال إن أنت وجدته حيا فاقتله وان انت وجدته ميتا فاحرقه بالنار فانطلق فوجده قد لدغ فمات فحرقه فعند ذلك قال رسول الله صلع من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار

Menceritakan kepada kami Abdullah bin Muhammad al-Baghawi yang berkata: menceritakan kepada kami Yahya bin Abdul Hamid yang berkata, menceritakan kepada kami Ali bin Masahir dari Shalih bin Hayan dari Ibnu Burdah dari Bapaknya yang berkata, “Datang seorang laki-laki kepada kaum dibagian wilayah Madinah lalu berkata, “Sesungguhnya Rasulullah telah mengutusku untuk memutuskan perkara diantara kalian dengan pendapatku, dan harta-harta kalian dengan begini dan begini, - dan sebenarnya laki-laki ini pernah meminang seorang perempuan di masa jahiliyah, namun mereka menolak untuk menikahkannya- . kemudian laki-laki itu bergegas pergi hingga tinggal serumah dengan wanita itu. Lalu kaum tersebut mengirim surat kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan seketika Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menjawab, “Telah berdusta musuh Allah”. Lalu beliau mengutus seorang lelaki (utusan) dan berkata kepadanya, “Jika kamu mendapatinya masih hidup, maka bunuhlah dia!, namun, jika kamu mendapatinya telah mati, maka bakarlah dia!”. Utusan itu segera berangkat, dan ternyata dia mendapati lelaki tersebut telah disengat (binatang berbisa) hingga mati. Lalu dia pun membakarnya dengan api. Pada saat itulah, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membuat kebohongan atas nama ku dengan sengaja maka dia mempersiapkan tempatnya di neraka”.

Ibnu Adi dalam Al-Kamil (4/53-54) berkata:

ثنا الحسن بن محمد بن عنبر ثنا حجاج بن يوسف الشاعر ثنا زكريا بن عدي ثنا علي بن مسهر عن صالح بن حيان عن بن بريدة عن أبيه قال كان حي من بني ليث من المدينة على ميلين وكان رجل قد خطب منهم في الجاهلية فلم يزوجوه فأتاهم وعليه حلة فقال ان رسول الله صلى الله عليه وسلم كساني هذه وأمرني ان أحكم في أموالكم ودمائكم ثم انطلق فنزل على تلك المرأة التي كان خطبها فأرسل القوم الى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال كذب عدو الله ثم أرسل رجلا فقال ان وجدته حيا وما أراك تجده حيا فاضرب عنقه وان وجدته ميتا فاحرقه بالنار قال فجاءه فوجده قد لدغته أفعى فمات فحرقه بالنار قال فذلك قول رسول الله صلى الله عليه وسلم من كذب علي متعمدا فيتبوأ مقعده من النار

Menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Muhammad bin Anbar, menceritakan kepada kami Hajaj bin Yusuf Asy-Sya’ir, menceritakan kepada kami Zakaria bin Adi, menceritakan kepada kami Ali bin Masahir dari Shalih bin Hayan dari dari Ibnu Burdah dari Bapaknya yang berkata, ‘pernah ada seorang laki-laki dari Bani Laits berjarak dua mil dari kota Madinah, dan sungguh dahulu laki-laki itu meminang seorang perempuan dari mereka dizaman jahiliyah, tetapi mereka tidak menerima pinangannya. Maka dia datang sambil membawa perhiasan dan berkata, “Sungguh Rasulullah telah memakaikan kepada ku perhiasan dan menyuruhku untuk menghukumi harta dan darah kalian”. Setelah itu dia bergegas pergi dan tinggal dengan wanita yang dia sukai itu. Kemudian kaum itu mengirim surat kepada Rasulullah dan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menjawab, “Telah berdusta musuh Allah”. Kemudian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam mengutus seseorang dan berkata kepadanya, “Jika kamu mendapatinya masih hidup –dan aku tidak yakin kamu akan mendapatinya masih hidup- maka penggallah lehernya. Namun jika kamu mendapatinya telah mati, maka bakarlah mayatnya”. Dikatakan, demikianlah sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, “Barangsiapa yang membuat kebohongan atas nama ku dengan sengaja maka dia mempersiapkan tempatnya di neraka”.

Dikeluarkan pula oleh Ibnu Jauzi dalam al-Maudhu’at (1/55), Al-‘Askari dalam At-Tashhifat (1/463-464), dan At-Thahawi dalam Al-Musykil (no. 332-333). Dishahihkan isnadnya oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Sharim Al-Maslul.

Perhatikanlah dan bandingkanlah ya akhi…

Sesungguhnya Khawarij telah mengadopsi perilaku ini. Mereka (Khawarij) datang kepada kita mengatasnamakan ulama Mekkah dan Madinah, orang-orang pun percaya karena kepandaiannya berbicara dan meyakinkan manusia sehingga diangkat oleh para pengagumnya menjadi ‘imam’ dan juru hukum. Lalu ia memakan harta manusia secara batil lewat syubhat-syubhat yang ia namakan agama, dan manusia pun rela menyerahkan putri dan saudara perempuannya demi memuaskan hasratnya. Tidak cukup hanya empat bahkan icip-icip, masya Allah. Dengan tipu muslihat ia berusaha mencegah pengikutnya mengetahui kebenaran dengan melarang mereka membaca kitab, melarang mereka bertanya langsung kepada ulama Mekkah dan Madinah, membohongi mereka dengan cerita-cerita dusta bahwa para ulama Mekkah dan Madinah yang berpegang teguh dengan al-Hak kini sembunyi-sembunyi dan lain sebagainya dari kedustaan dan tipuan.

Lalu oleh sebagian orang yang heran dan tidak mudah percaya dengan akal busuknya, diberitakanlah hal itu kepada Ulama Mekkah dan Madinah, maka marahlah para ulama dengan perbuatannya dan dicaplah ia sebagai pendusta, “Kadzab !! Dajjal !!”.

Hanya kepada Allah lah tempat meminta pertolongan.

Khawarij Ujub dan Kagum Atas Amalnya Sendiri

AHMAD (3/183) no. 12909:

حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنِ التَّيْمِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ ذُكِرَ لِي أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَلَمْ أَسْمَعْهُ مِنْهُ إِنَّ فِيكُمْ قَوْمًا يَعْبُدُونَ وَيَدْأَبُونَ حَتَّى يُعْجَبَ بِهِمْ النَّاسُ وَتُعْجِبَهُمْ نُفُوسُهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ

Telah menceritakan kepada kami Yahya dari at-Taimi dari Anas berkata, telah diberitakan kepadaku Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda dan saya tidak mendengar langsung dari (Beliau Shallallahu'alaihi wasallam), "Akan ada di antara kalian sebuah kaum, mereka rajin beribadah dan tekun melaksanakannya sehingga orang-orang kagum terhadap mereka dan mereka pun kagum terhadap diri mereka sendiri, namun mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah yang melesat dari busurnya".
Al-Haitsami (6/229) berkata, “Rijalnya rijal shahih”. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth berkata, “Isnadnya shahih atas syarat syaikhain”.

Hati-Hati Dengan Propaganda Jahiliyah

Berkata Imam Muslim rahimahullahu dalam Shahihnya:

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا أَبُو الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ قَالَ اقْتَتَلَ غُلَامَانِ غُلَامٌ مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَغُلَامٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَنَادَى الْمُهَاجِرُ أَوْ الْمُهَاجِرُونَ يَا لَلْمُهَاجِرِينَ وَنَادَى الْأَنْصَارِيُّ يَا لَلْأَنْصَارِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا هَذَا دَعْوَى أَهْلِ الْجَاهِلِيَّةِ قَالُوا لَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِلَّا أَنَّ غُلَامَيْنِ اقْتَتَلَا فَكَسَعَ أَحَدُهُمَا الْآخَرَ قَالَ فَلَا بَأْسَ وَلْيَنْصُرْ الرَّجُلُ أَخَاهُ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا إِنْ كَانَ ظَالِمًا فَلْيَنْهَهُ فَإِنَّهُ لَهُ نَصْرٌ وَإِنْ كَانَ مَظْلُومًا فَلْيَنْصُرْهُ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin 'Abdullah bin Yunus; Telah menceritakan kepada kami Zuhair; Telah menceritakan kepada kami Abu Az Zubair dari Jabir dia berkata; "Pada suatu hari, ada dua orang pemuda sedang berkelahi, masing-masing dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Pemuda Muhajirin itu berteriak; 'Hai kaum Muhajirin, (berikanlah pembelaan untukku!) ' Pemuda Anshar pun berseru; 'Hai kaum Anshar, (berikanlah pembelaan untukku!) ' Mendengar itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar dan bertanya: 'Ada apa ini? Bukankah ini adalah seruan jahiliah? ' Orang-orang menjawab; 'Tidak ya Rasulullah. Sebenarnya tadi ada dua orang pemuda yang berkelahi, yang satu mendorong yang lain.' Kemudian Rasulullah bersabda: 'Baiklah. Hendaklah seseorang menolong saudaranya sesama muslim yang berbuat zhalim atau yang sedang dizhalimi. Apabila ia berbuat zhalim/aniaya, maka cegahlah ia untuk tidak berbuat kezhaliman dan itu berarti menolongnya. Dan apabila ia dizalimi/dianiaya, maka tolonglah ia! '

Berkata Ibnu Taimiyah rahimahullahu dalam Iqtidha Sirotol Mustaqim

فهاذان الإسمان المهاجرون والأنصار اسمان شرعيان جاء بهما الكتاب والسنة وسماهما الله بهما كما سمانا المسلمين من قبل وفي هذا وانتساب الرجل إلى المهاجرين والأنصار انتساب حسن محمود عند الله وعند رسوله ليس من المباح الذي يقصد به التعريف فقط كالانتساب إلى القبائل والأمصار ولا من المكروه أو المحرم كالانتساب إلى ما يفضي إلى بدعة أو معصية أخرى

“Dua ungkapan tadi : “Muhajirin dan Anshor” adalah dua ungkapan yang syari’i. keduanya disebut dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah. Allah juga menamakan mereka dengan dua ungkapan tersebut. Sebagaimana Allah juga menamai kita dengan kaum muslimin, “Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur’an) ini” (Al-Hajj 78). Penisbatan kepada Muhajirin dan Anshor merupakan penisbatan yang sah dan terpuji disisi Allah dan Rasul-Nya. Bukan sekadar perkara mubah yang hanya digunakan sebagai tanda pengenal saja. Seperti penisbatan seseorang kepada suku dan daerahnya. Juga bukan termasuk makruh apalagi haram, seperti penisbatan diri kepada sesuatu yang menggiring kepada kebid’ahan atau kemaksiatan yang lain”.

ثم مع هذا لما دعا كل واحد منهما طائفة منتصرا بها أنكر النبي صلى الله عليه و سلم ذلك وسماها دعوى الجاهلية حتى قيل له إن الداعي بها إنما هما غلامان لم يصدر ذلك من الجماعة فأمر بمنع الظالم وإعانة المظلوم ليبين النبي صلى الله عليه و سلم أن المحذور من ذلك إنما هو تعصب الرجل لطائفته مطلقا فعل أهل الجاهلية فأما نصرها بالحق من غير عدوان فحسن واجب أو مستحب

“Namun demikian, ketika masing-masing diantara dua golongan tersebut saling membela kelompoknya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam langsung menyalahkannya. Bahkan menyebutnya sebagai “Propaganda jahiliyah", sampai ada yang menjelaskan kepada beliau shallallahu 'alaihi wasallam bahwa yang memprovokasikan hal itu adalah dua orang pemuda, bukan berasal dari orang banyak. Maka beliau shallallahu 'alaihi wasallam menyuruh agar yang menzhalimi dicegah, dan yang dizhalimi ditolong. Agar dengan itu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dapat menjelaskan bahwa yang dilarang semata-mata hanyalah kefanatikan seseorang terhadap golongannya secara serampangan mengikuti perbuatan jahiliyah. Adapun bila seorang membelanya karena kebenaran, tanpa bermaksud untuk bermusuhan, itu tindakan yang baik atau bahkan wajib, paling tidak perbuatan itu disunnahkan”.

Dan Siapa Saja Pengikut Dajjal ?? (1)

Dajjal Akan Diikuti Oleh Rafidhah dan Khawarij !!!!!


Pengikut Rafidhah/Syi’ah

Imam Muslim (no. 2944) berkata:

حَدَّثَنَا مَنْصُورُ بْنُ أَبِي مُزَاحِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَمْزَةَ عَنْ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ عَمِّهِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُودِ أَصْبَهَانَ سَبْعُونَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَالِسَةُ

Menceritakan kepada kami Manshur bin Abi Mujahim, menceritakan kepada kami Yahya bin Hamzah dari Al-Auzai dari Ishaq bin Abdullah dari pamannya, Anas bin Malik sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dajjal akan diikuti oleh Yahudi Ashbahan sebanyak 70.000 orang dengan mengenakan At-Thayalisah”.

Hadits ini dikeluarkan juga oleh Imam Ahmad (3/224) no. 13368, Ibnu Hibban (15/209) no. 6798 dan Abu Ya’la (6/317) no. 3639.

Ada yang mengatakan bahwa Al-Thayalisah ialah pakaian jubah tidak berjahit milik orang Parsi (Iran) sekarang, yang biasa dipakai oleh Ulama Syi’ah.

Ashbahan adalah Isfahan, sebuah kota yang banyak berpenduduk Yahudi di Iran dan juga pusat nuklir Iran pada masa kini.

Bagi hadits ini ada pendukung, yaitu hadits Abu Bakar radhiyallahu’anhu dari riwayat Imam Tirmidzi rahimahullahu (no. 2163) :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَأَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ قَالَا حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ عَنْ أَبِي التَّيَّاحِ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ سُبَيْعٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ عَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدَّجَّالُ يَخْرُجُ مِنْ أَرْضٍ بِالْمَشْرِقِ يُقَالُ لَهَا خُرَاسَانُ يَتْبَعُهُ أَقْوَامٌ كَأَنَّ وُجُوهَهُمْ الْمَجَانُّ الْمُطْرَقَةُ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar dan Ahmad bin Mani' keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Rauh bin 'Ubadah telah menceritakan kepada kami Sa'id bin Abu 'Urubah dari Abu At Tayyah dari Al Mughirah bin Subai' dari 'Amru bin Huraits dari Abu Bakar Ash Shiddiq berkata: Telah menceritakan kepada kami Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam, beliau bersabda: "Dajjal akan muncul dari suatu negeri di timur bernama Khurasan, ia diikuti oleh kaum-kaum, sepertinya wajah mereka perisai yang ditempa."

Khurasan adalah suatu tempat yang kini dikenal dengan Iran.

Dan hadits Abu Hurairoh radhiyallahu’anhu, oleh Ahmad (2/337) no. 8434:

حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ يَعْنِي ابْنَ حَازِمٍ عَنْ مُحَمَّدٍ يَعْنِي ابْنَ إِسْحَاقَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ التَّيْمِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَيَنْزِلَنَّ الدَّجَّالُ خُوزَ وَكَرْمَانَ فِي سَبْعِينَ أَلْفًا وُجُوهُهُمْ كَالْمَجَانِّ الْمُطْرَقَةِ

Telah menceritakan kepada kami Husain bin Muhammad telah menceritakan kepada kami Jarir -yaitu Ibnu Hazim-, dari Muhammad -yaitu Ibnu Ishaq-, dari Muhammad bin Ibrahim At Taimi dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, ia berkata; "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "Sungguh Dajjal akan turun di Khuza dan Karman kepada tujuh puluh ribu orang, wajah mereka seperti tameng yang dipalu."

Khuz dan Karman kedua-duanya terletak di Iran. Didalam sanadnya terdapat Ibnu Ishaq dia mudalis.

Dan inilah yang tersirat dari sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam:

أَلَا إِنَّهُ فِي بَحْرِ الشَّأْمِ أَوْ بَحْرِ الْيَمَنِ لَا بَلْ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ مَا هُوَ وَأَوْمَأَ بِيَدِهِ إِلَى الْمَشْرِقِ

"Ketahuilah bahwa dia (Dajjal) berada di laut Syam atau laut Yaman. Oh tidak, bahkan ia akan datang dari arah timur. Apa itu dari arah timur? Apa itu dari arah timur... Dan beliau berisyarat dengan tangannya menunjuk ke arah timur."

Dikeluarkan oleh Muslim (no. 2942) dari Fatimah binti Qais sebuah hadits yang panjang, dan lihat pula Thabrani (24/386) no. 957. Dan yang dimaksud timur oleh beliau adalah Khurasan (Iran) seperti dijelaskan oleh hadits yang lalu.

Entah suatu kebetulan atau memang itu yang dikehendaki oleh hadits, bahwa di Syam yaitu Libanon dan sekitar Al-Quds terdapat kaum Syi’ah (Hizbuloh) dan Yahudi (negara Zionis). Dan di Yaman terdapat juga pemeluk Syi’ah (Suku Houti) yang cukup besar dan sebagian keturunan Yahudi sebagaimana Abdullah bin Saba (sang pendiri Rafidhah) berasal darinya.

---- Bersambung ----

sumber: http://rumahku-indah.blogspot.com/

Sunnah yang Hilang: Bacaan Setelah Membaca Al Qur’an

Penjelasan menarik mengenai bacaan penutup setelah membaca Al Qur’an.

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله. أما بعد: فإنَّ إحياء السنن النبوية من أعظم القربات إلى الله،

Sesungguhnya menghidupkan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah termasuk amal yang sangat bernilai untuk mendekatkan diri kepada Allah.

فَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ ، قَالَ: (( مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنْ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا )) [رواه مسلم[.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mengajak orang lain kepada kebaikan maka baginya pahala semua orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR Muslim).

فإليكم أحبتي في الله، هذه السُّنة التي غفل عنها كثيرٌ من الناس:

Saudaraku, berikut ini adalah sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sudah dilalaikan oleh banyak orang.

يُسْتَحَبُّ بعد الانتهاء من تلاوة القرآن أن يُقال) سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ،لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ (.

Setelah selesai membaca al Qur’an dianjurkan untuk mengucapkan bacaan berikut ini: Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. Yang artinya: maha suci Engkau ya Allah sambil memuji-Mu. Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Engkau. Aku memohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.

الدليل: عَنْ عَائِشَةَ، قَالَتْ : مَا جَلَسَ رَسُولُ اللهِ مَجْلِسًا قَطُّ، وَلاَ تَلاَ قُرْآناً، وَلاَ صَلَّى صَلاَةً إِلاَّ خَتَمَ ذَلِكَ بِكَلِمَاتٍ، قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَاكَ مَا تَجْلِسُ مَجْلِساً، وَلاَ تَتْلُو قُرْآنًا، وَلاَ تُصَلِّي صَلاَةً إِلاَّ خَتَمْتَ بِهَؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ ؟

قَالَ: (( نَعَمْ، مَنْ قَالَ خَيْراً خُتِمَ لَهُ طَابَعٌ عَلَى ذَلِكَ الْخَيْرِ، وَمَنْ قَالَ شَرّاً كُنَّ لَهُ كَفَّارَةً: سُبْحَانَكَ ]اللَّهُمَّ] وَبِحَمْدِكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ ((.

Dalilnya, dari Aisyah beliau berkata, “Tidaklah Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- duduk di suatu tempat atau membaca al Qur’an ataupun melaksanakan shalat kecuali beliau akhiri dengan membaca beberapa kalimat”. Akupun bertanya kepada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Ya Rasulullah, tidaklah anda duduk di suatu tempat, membaca al Qur’an ataupun mengerjakan shalat melainkan anda akhiri dengan beberapa kalimat?” Jawaban beliau, “Betul, barang siapa yang mengucapkan kebaikan maka dengan kalimat tersebut amal tadi akan dipatri dengan kebaikan. Barang siapa yang mengucapkan kejelekan maka kalimat tersebut berfungsi untuk menghapus dosa. Itulah ucapan Subhanakallahumma wa bihamdika laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaika. ”

) إسناده صحيح: أخرجه النسائي في “السنن الكبرى” (9/123/10067(، والطبراني في “الدعاء” (رقم1912)، والسمعاني في “أدب الإملاء والاستملاء” )ص75)، وابن ناصر الدين في “خاتمة توضيح المشتبه” (9/282(

Hadits di atas sanadnya shahih, diriwayatkan oleh Nasai dalam Sunan Kubro 9/123/1006, Thabrani dalam ad Du-a no 1912, Sam’ani dalam Adab al Imla’ wa al Istimla’ hal 75 dan Ibnu Nashiruddin dalam Khatimah Taudhih al Musytabih 9/282.

وقال الحافظ ابن حجر في “النكت” (2/733): [إسناده صحيح]، وقال الشيخ الألباني في “الصحيحة” (7/495): [هذا إسنادٌ صحيحٌ أيضاً على شرط مسلم]، وقال الشيخ مُقْبِل الوادعي في “الجامع الصحيح مما ليس في الصحيحين” (2/12: [هذا حديثٌ صحيحٌ

Al Hafizh Ibnu Hajar dalam an Nukat 2/733 mengatakan, “Sanadnya shahih”. Syaikh al Albani dalam Shahihah 7/495 mengatakan, “Sanad ini adalah sanad yang juga shahih menurut kriteria Muslim”. Syaikh Muqbil al Wadi’I dalam al Jami’ al Shahih mimma laisa fi al Shahihain 2/12 mengatakan, “Hadits ini adalah hadits yang shahih”.

وقد بَوَّبَ الإمام النسائي على هذا الحديث بقوله: [ما تُختم به تلاوة القرآن[.

Hadits ini diberi judul bab oleh Nasai dengan judul “Bacaan penutup setelah membaca al Qur’an”.

Sumber: http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=18477

Catatan:

Realita menunjukkan bahwa ketika banyak orang meninggalkan amalan yang sesuai dengan sunah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka muncullah amalan yang mengada-ada.
Banyak orang mengganti bacaan yang sesuai sunah Nabi di atas dengan bacaan tashdiq yaitu ucapan Shadaqallahul ‘azhim yang tidak ada dalilnya.

Artikel www.ustadzaris.com