Golongan Yang Selamat

on Minggu, 06 Februari 2011

Penulis: Ustadz Abu Bakar Ramli bin Haya

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh pada Al-Qur’anul Karim dan melarang kita untuk bercerai-barai dengan berkelompok-kelompok, yang mana setiap kelompok berbangga dengan apa yang ada pada kelompoknya. Sebagaimana Allah berfirman:

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum ayat 31-32)

Bersamaan dengan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut untuk tidak membuat kelompok-kelompok yang akan memecah-belah agama, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menggambarkan pada kita tentang umat Islam akan terjadi perpecahan karena penyelisihan mereka dan jauhnya mereka dari pemahaman yang benar dari kitabullah dan sunnah rasul-Nya.

ستفترق هذه الأمّتى على ثلاث و سبعين فرقة كلّها فى النار إلاّ واحدة ما أنا عليه و أصحابي

Kelak umatku akan berpecah menjadi 73 golongan.semuanya terancam di neraka kecuali satu golongan yakni golongan yang berada di atas jalanku dan para sahabatku. (Hadits Hasan Riwayat At-tirmdzi)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan bahwa umatnya secara takdir kauniyah akan berpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu golongan yang selamat diantara golongan-golongan yang tersesat tersebut. Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan nama dari golongan yang selamat tersebut tetapi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ciri dan sifat-sifatnya dengan perkataan ما أنا عليه وأصحابي

(perkara yang aku dan para sahabatku berada diatasnya), maksudnya siapa yang berpegang teguh pada kitabullah dan sunnah yang shahih berdasarkan apa yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa sekarang ini bermunculan firqoh-firqoh (kelompok-kelompok) atau golongan-golongan dalam Islam yang tidak pernah ada di zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Setiap kelompok tersebut pastilah mereka menyatakan berdasarkan pada Al-qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, setiap kelompok mengaku bahwa kelompoknyalah yang benar dan mengaku sebagai ahlu sunnah wal jama’ah. Pertanyaannya, mengapa terjadi perselisihan dan perpecahan, padahal setiap kelompok landasannya sama yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah?. Ternyata kalau kita teliti, yang membedakan diantara mereka adalah cara memahami atau menafsirkan Al-Qur’an dan sunnah yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman pendiri kelompok tersebut dan tujuan dari masing-masing kelompok. Mereka tidak mengembalikan pada pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yakni sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Inilah fenomena umat Islam yang terjadi di akhir zaman ini. Karenanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sejak jauh hari telah menggambarkan akan terjadi perpecahan umat dengan berkelompok-kelompok dan hanya satu yang selamat dari kesesatan yakni yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang memahami agama ini sebagaimana apa yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Diantara ciri-ciri Firqotun Najiyah atau kelompok yang selamat tersebut adalah :

1. Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-sunnah dengan pemahaman yang benar sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

تركت فيكم أمرتين لن تضلّوا ما تمسّكتم بها كتاب الله و سنّة رسول الله

“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara yang lkalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengannya yakni kitabullah dan sunnah Rasulullah.”(HR.Malik)

2. Jika terjadi perselisihan, mereka senantiasa mengembalikan kepada Al-Qur’an dan sunnah sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagai pengamalan dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. QS Qn-Nisaa : 59)

Dalam Hadits hasan riwayat Tirmidzi, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan solusi ketika terjadi perpecahan dengan berpegang teguh kepada sunnah Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para khulafaur rasyidin

…فإنّه من يعش منكم فسيرى إختلافا كثيرا فعليكم بسنّتى وسنّةالخلفاءالرّاشدين المهديين

“Maka sungguh barang siapa diantara kalian yang hidup sesudahku maka kelak dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk”.

3. Mereka tidak mendahulukan perkataan seseorang, bagaimanapun tinggi kedudukannya,di atas perkataan Allah dan Rasul-Nya sebagai amalan terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-hujarat :1)

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

يوشك ان يتنزّل عليكم حجارة من السماء. اقول قال رسول الله وتقولون قال أبو بكر و عمر

Hampir saja ditimpakan pada kalian hujan batu dari langit . Aku berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, tapi kalian mengatakan “Abu Bakar dan Umar telah berkata”.

4. Senantiasa memperhatikan dan memprioritaskan dakwah kepada tauhid dan mengingatkan bahaya kesyirikan sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh Nabi dan Rasul ‘alaihis salam yang mana mereka memulai dakwahnya kepada tauhid

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:”Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.(QS. Al-Anbiya:25)

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu (QS.An-Nahl : 36)

5. Mereka senantiasa menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang kepada yang mungkar

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. (QS. Ali-Imran :110)

6. Mereka senantiasa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam di dalam ibadahnya, akhlaqnya maupun muamalahnya sehingga mereka menjadi orang yang asing diantara kaumnya sebagaimana hadits shahih riwayat Muslim

إنّ الإسلام بدأ غريبا وسعودكما بدأ. فطوبى للغربي

“Sesungguhnya Islam awalnya dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka berbahagialah orang-orang yang asing”

Dalam riwayat lain

الغربي : الذين يصلحون إذا فسد الناس

من يعصيهم أكثر ممن يطيعهم

Orang asing adalah orang yang berbuat baik ketika manusia dalam keadaan rusak, yang mengingkari mereka lebih banyak daripada yang mengikutinya.

Renungan …..

Andaikan agama islam ini bagaikan air sungai maka manakah air yang masih jernih dan tidak tercampur dengan kotoran-kotoran sampah ? apakah air yang yang berada di hulu pada mata airnya ? ataukah air yang ada di muara ?. Demikian juga agama islam ini, jika kita ingin mengambil agama islam yang murni yang tidak tercampuri oleh kotoran-kotoran dari pendapat-pendapat manusia maka hendaklah kita mengambil agama islam ini dari mata airnya langsung yakni dari apa yang dipahami dan dilaksanakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya baik dalam masalah ibadah, akhkaq maupun muamalah.

Ø Kalau kita ingin mendapatkan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam beragama maka hendaklah kita mengikuti cara beragamanya orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhoi yakni dari kalangan para sahabat Muhajirin dan Anshor

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah:100)

Marooji : Firqotun Naajiyah oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2011/02/04/golongan-yang-selamat/

Pentingnya Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal

Penulis: Satria Buana

Pembaca yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, kalau kita membicarakan Ilmu dalam islam, maka kita membicarakan sesuatu yang tidak ada habisnya untuk di bahas. Sejarah mencatat, kehidupan umat manusia sebelum diutusnya Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam sangatlah jauh dari petunjuk ilahi. Norma-norma kebenaran dan akhlak mulia nyaris terkikis oleh kerasnya kehidupan, karena itulah masa tersebut masa jahiliyah, yaitu masa kebodohan.

Ketika keadaaan manusia seperti itu maka Allah pun menurunkan Rasul-Nya, dengan membawa bukti keterangan yang jelas, supaya Rasul tersebut bisa membimbing manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang berderang dengan keterangan yang sangat jelas, dengan bukti-bukti yang sangat jelas, Allah ta’ala berfirman dalam al-Qur’an,

“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat, karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut (yaitu syaithan dan apa saja yang disembah selain dari Allah ta’ala) dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Islam adalah agama yang sarat (penuh) dengan ilmu pengetahuan, karena sumber ilmu tersebut adala wahyu yang Allah ta’ala turunkan kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan perantara malaikat Jibril ‘alaihis salam. Allah ta’ala Berfirman:

“Dan tiadalah yang diucapkannya (Muhammad) itu menurut hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan.” (An-Najm: 3-4)

Dengan ilmu inilah Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tunjukkan semua jalan kebaikan, dan beliau peringatkan tentang jalan-jalan kebatilan. Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah Nabi yang terakhir dan sekaligus Rasul yang diutus kepada umat manusia dan jin. Maka ketika Rasulullah wafat, beliau telah mengajarkan ilmu yang paling bermanfaat dari wahyu Allah ta’ala, ilmu yang sempurna, ilmu yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Maka barang siapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang cukup untuk kebahagiaannya di dunia dan akhirat.

Ilmu Dahulu Sebelum Amal

Imam besar kaum muslimin, Imam Al-Bukhari berkata, “Al-’Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali”, Ilmu Sebelum Berkata dan Beramal. Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta’ala

“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad: 19).

Dari ayat yang mulia ini, Allah ta’ala memulai dengan ilmu sebelum seseorang mengucapkan syahadat, padahal syahadat adalah perkara pertama yang dilakukan seorang muslim ketika ia ingin menjadi seorang muslim, akan tetapi Allah mendahului syahadat tersebut dengan ilmu, hendaknya kita berilmu dahulu sebelum mengucapkan syahadat…, kalau pada kalimat syahadat saja Allah berfirman seperti ini maka bagaimana dengan amalan lainnya, tentunya lebih pantas lagi kita berilmu baru kemudian mengamalkannya. Ucapan ini beliau katakan ketika memberi judul suatu Bab di dalam kitab beliau “Shahihul Bukhari” dalam kitab Al-Ilmu.

Pentingnya Ilmu Agama

Berikut ini adalah penjelasan singkat dari sebagian Ulama berkaitan dengan perkataan Al-Imam Al-Bukhari di atas:
Asy-Syaikh Ibnul ‘Utsaimin berkata: “Al-Imam Al-Bukhari berdalil dengan ayat ini (Muhammad: 16) atas wajibnya mengawali dengan ilmu sebelum berkata dan beramal. Dan ini merupakan dalil atsari (yang berdasarkan periwayatan) yang menunjukkan atas insan bahwa berilmu terlebih dahulu baru kemudian beramal setelahnya sebagai langkah kedua. Dan juga di sana ada dalil ‘aqliyah (yang telah diteliti) yang menunjukkan atas ‘ilmu sebelum berkata dan beramal’. Hal itu karena perkataan dan amalan tidak akan benar dan diterima sehingga perkataan dan amalan tersebut mencocoki syariat, dan manusia tidaklah mungkin mengetahui bahwa amalnya mencocoki syariat kecuali dengan ilmu.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh ‘Utsaimin)

Asy-Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz Alu Syaikh berkata, “Ilmu itu jika ditegakkan sebelum ucapan dan amal, maka akan diberkahi pelakunya meskipun perkaranya kecil. Adapun jika ucapan dan amal didahulukan sebelum ilmu, walaupun bisa jadi perkaranya itu sebesar gunung, akan tetapi itu semua tidaklah di atas jalan keselamatan…Karenanya kami katakan, Jadikanlah ilmu tujuan penting dan utama, jadikanlah ilmu tujuan penting dan utama, ilmu di mulai sebelum yang lain, khususnya ilmu yang membuat ibadah menjadi benar, ilmu yang meluruskan aqidah, ilmu yang memperbaiki hati, ilmu yang menjadikan seseorang berjalan dalam amalannya sesuai dengan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan di atas kebodohan.” (Syarh Tsalatsatul Ushul Syaikh Abdul Aziz, Maktabah Syamilah)

Ibnu Baththal berkata, “Suatu amal tidak teranggap kecuali di dahului oleh ilmu, dan maksud dari ilmu ini adalah ilmu yang Allah janjikan pahala padanya”. Ibnu Munir berkata, “Imam Al-Bukhari bermaksud dengan kesimpulannya itu, bahwa ilmu merupakan syarat atas kebenaran suatu perkataan dan amalan. Maka suatu perkataan dan amalan itu tidak akan teranggap kecuali dengan ilmu. Oleh sebab itulah ilmu didahulukan atas ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat, di mana niat itu akan memperbaiki amalan.” (Dinukil dari Taisirul Wushul Ila Nailil Ma’mul, Syarh Tsalatsatul Ushul)

Pelajaran yang dapat kita petik adalah, kita hendaknya “Berilmu sebelum berkata dan beramal” karena ucapan dan perbuatan kita tidak akan ada nilainya bila tanpa ilmu, amalan yang banyak yang kita lakukan bisa tidak teranggap di sisi Allah kalau tidak didasari dengan Ilmu.

Anjuran Berilmu Agama

Dalam Al-Qur’an dan hadits terdapat begitu banyak anjuran yang memerintahkan agar kita berilmu agama. Bahkan sesungguhnya Allah ta’ala telah memuji ilmu dan pemiliknya. Menyiapkan bagi siapa saja yang berjalan di atas titian ilmu tersebut balasan yang baik, pahala, ganjaran, Allah ta’ala mengangkat derajat kedudukan mereka di dunia dan akhirat. Allah ta’ala berfirman:

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)

Keutamaan Ilmu Agama, Pencarinya, dan Ulama

Pembaca yang dimuliakan oleh Allah, sudah suatu kepastian bahwa setiap manusia pada asalnya adalah bodoh, dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun. Allah ta’ala berfirman,

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 78)

Namun hendaknya setiap pribadi muslim tidak membiarkan dirinya terus menerus dalam keadaan bodoh akan ilmu agamanya sendiri. Sebab kebodohan itu apabila terus menerus dipelihara dapat mengantarkannya kepada kehinaan dan kerugian yang besar. Sebaliknya ilmu agama islam ini adalah satu-satunya ilmu yang dapat mengantarkan seseorang meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhiratnya.

Berikut ini di antara motivasi yang Allah dan Rasul-Nya tunjukkan akan betapa mulianya ilmu:

1. Pencari ilmu akan Allah mudahkan jalannya menuju Surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menempuh sebuah jalan dalam rangka untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” (HR. Muslim)

2. Orang yang dikaruniai ilmu agama merupakan tanda kebaikan dari Allah ta’ala baginya. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, Allah akan memahamkan ilmu agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka dari hadits ini kita bisa mengambil kesimpulan, seseorang yang tidak Allah berikan pemahaman agama kepadanya maka ini merupakan tanda Allah tidak menginginkan kebaikan kepadanya, dan sebaliknya seorang yang paham dengan agama Allah merupakan tanda kebaikan pada dirinya.

3. Ulama adalah pewaris para Nabi. “Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar ataupun dirham (harta) akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Barang siapa mengambilnya maka sungguh ia telah mendapatkan bagian yang sangat banyak.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan At-Tirmidzi)

4. Seorang yang berilmu adalah cahaya yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam urusan agama maupun dunia, bila seorang ulama meninggal maka itu adalah musibah yang dialami kaum muslimin. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak mengangkat ilmu secara langsung dari hati hamba-hambanya akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama, sehingga ketika Allah tidak lagi menyisakan ulama, jadilah manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh sebagai ulama, mereka bertanya kepadanya dan ia pun menjawab tanpa ilmu sehingga ia sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Rasulullah Berdoa kepada Allah agar ditambahkan ilmu agama. Cukuplah kemuliaan bagi ilmu dengan Allah ta’ala memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai Nabi pilihan untuk berdoa meminta tambahan ilmu, bukan meminta tambahan harta atau yang selainnya dari perkara dunia, Allah ta’ala berfirman,

“Katakanlah (wahai Muhammad), “Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu bagiku.” (QS. Thaha: 114)

Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang menyebutkan tentang keutamaan ilmu dan ucapan para Ulama dalam hal ini, namu cukuplah apa yang telah kami sebutkan di atas untuk mewakili banyaknya keutamaan-keutamaan tersebut.

Ilmu Apa Yang Wajib Dipelajari

Ilmu yang wajib dipelajari bagi manusia adalah ilmu yang menuntut untuk di amalkan saat itu, adapun ketika amalan tersebut belum tertuntut untuk di amalkan maka belum wajib untuk dipelajari. Jadi ilmu tentang tauhid, tentang 2 kalimat syahadat, ilmu tentang iman, adalah ilmu yang wajib dipelajari ketika seseorang menjadi muslim, karena ilmu ini adalah dasar yang harus diketahui.

Kemudian ilmu tentang shalat, hal-hal yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan lainnya, merupakan ilmu berikutnya yang harus dipelajari, kemudian ilmu tentang hal-hal yang halal dan haram, ilmu tentang mualamalah dan seterusnya.

Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji, maka ilmu tentang haji belum wajib untuk ia pelajari saat ini, akan tetapi ketika ia telah mampu berhaji, maka ia wajib mengetahui ilmu tentang haji dan segala sesuatu yang berkaitan dengan haji. Adapun ilmu tentang tauhid, tentang keimanan, adalah hal pertama yang harus dipelajari, karena setiap amalan yang ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat, kalau niatnya dalam melakukan ibadah karena Allah maka itu amalan yang benar, adapun kalau niatnya karena selain Allah maka itu adalah amalan syirik, kita berlindung dari berbuat syirik kepada Allah ta’ala.

Mewaspadai Bahayanya Kebodohan

Pembaca kaum muslimin yang dimuliakan Allah, demikianlah beberapa bentuk kemuliaan yang Allah ta’ala berikan terhadap para pemilik ilmu sehingga tidak sama kedudukannya dengan mereka yang tidak memiliki ilmu. Allah ta’ala berfirman:

“Katakanlah (ya Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui (berilmu) dengan orang yang tidak mengetahui (jahil)?.” (QS. Az-Zumar: 9)

Sebaliknya orang yang jahil akan ilmu agama-Nya disebutkan oleh Allah ta’ala sebagai seorang yang buta yang tidak bisa melihat kebenaran dan kebaikan. Allah ta’ala berfirman,

“Apakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu adalah al-haq (kebenaran) sama dengan orang yang buta? (tidak mengetahui al-haq).” (QS. Ar-Ra’d: 19)

Hal ini menunjukkan bahwa yang sebenarnya memiliki penglihatan dan pandangan yang hakiki hanyalah orang-orang yang berilmu. Adapun selain mereka hakikatnya adalah orang yang buta yang berjalan di muka bumi tanpa dapat melihat. Allah ta’ala berfirman:

“Tidak sama antara penghuni an-nar dengan penghuni al-jannah.” (QS. Al-Hasyr: 20)

Semoga Allah ta’ala memberi taufik kepada kita semua untuk senantiasa berilmu sebelum berkata dan beramal. Semoga Allah menolong kita untuk meraih kemuliaan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat dengan mempelajari ilmu agama islam yang benar yang bersumberkan dari Al-Qur’an dan As-Sunnah sesuai dengan pemahaman para Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di bawah bimbingan Ulama Pewaris Nabi. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Disalin ulang dari: Buletin At-Tauhid edisi IV/50 untuk dipublikasikan oleh: Sunnah Melayu

Kepada Rakyat MESIR…

SERUAN UNTUK RAKYAT MESIR DARI MESJID IMAM AHMAD BIN HANBAL DI ISKANDARIAH MESIR

WAHAI RAKYAT MESIR .. TAKUTLAH KALIAN KEPADA FITNAH YANG AKAN MENGHANCURKAN NEGERI KALIAN!


Pemuda-pemuda Mesir sang Pahlawan yang gagah berani!

Tokoh-tokoh Mesir yang kokok laksana gunung menjulang!

Wanita-wanita Mesir yang merdeka!

Assalaamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakaatuh

Di waktu berjalannya penghancuran negeri kita di tangan sekelompok orang yang melampui batas, dan pembunuhan yang dilakukan oleh para pencuri dan pelaku kejahatan yang menumpahkan darah. Tidak ada lagi yang dapat diperbuat oleh seorang muslim yang bersaksi An Laa Ilaaha Illallah wa Anna Muhammadur Rasulullah kecuali kembali kepada Kitab Robbnya dan kepada Sunnah NabiNya shollallahu ‘alaihi wa sallama. Memetik nasehat dan pelajaran dari keduanya tentang fitnah dan huru-hara yang sedang melanda kita. Tidak ada yang tahu kecuali Allah kemana bahtera negeri ini membawa kita, apakah menuju keselamatan atau akan karam Laa Haw laa wa laa Quwwata Illa billah.

Sesungguhnya penghancuran Mesir adalah cita-cita setiap orang yang zholim, angan-angan semua orang yang iri dan dengki serta kesempatan yang dinanti-nanti oleh musuh islam.

Mesirnya Amru bin ‘Ash,

Mesirnya Sholaahuddin Al-Ayyubi,

Mesirnya Saifud Din Quthuz, Azh-Zhohr Baibers dan Najmud Din Ayyub,

Mesirnya Al-Laits bin Sa’ad, Asy-Syafi’I, Ath-Thohawy, Ibnu Hajar, As-Suyuthi, Ibnu Daqiq Al-‘Id dan lain-lainnya dari para pemimpin kita yang gagah berani serta ulama-ulama yang mulia.

Wahai rakyat Mesir .. jagalah negeri kalian. Bertakwalah kepada Allah di rumah-rumah kalian, mesjid-mesjid kalian dan tempat-tempat ibadah kalian.

Wahai rakyat Mesir .. sesungguhnya musuh-musuh kalian ingin menghancurkan rumah kalian dengan tangan kalian sendiri dan membunuh anak-anak kalian dengan pedang kalian sendiri. mereka tidak menembakkan satu pelurupun kepada kalian, akan tetapi kalianlah yangmenembakkan peluru-peluru kepada diri kalian sendiri dan menghancurkan rumah-rumah kalian dengan tangan kalian sendiri.

Tidakkah orang-orang yang mengajak manusia keluar berdemo mengetahui bahwasanya akan di antara mereka para pelaku tindak criminal yang menyusup dan mencuri kesempatan untuk menghancurkan bangunan dan merusak harta milik manusia sedangkan mereka tidak mampu menangkap, atau menahan atau menghalangi orang-orang tersebut.

Apakah kalian ingin para tentaran kita meninggalkan tugasnya untuk menjaga perbatasan negeri kita diluar agar kita berperang melawannya di dalam sehingga darah mengalir deras di jalanan kita, dan rumah-rumah dihancurkan serta kehormatan dirusak? Dan kita beralih dari kondisi yang buruk kepada yang lebih buruh darinya? Wal ‘iyadz billah – inilah dia ciri-ciri fitnah.

Sesungguhnya para pendemo – sekalipun hari ini mereka sepakat – atas kepergian fulan, maka mereka tidak akan sepakat esok untuk memilih siapa yang akan mengatur urusan umat ini. karena mereka adalah kelompok yang banyak, dan hawa nafsu yang beragam. Sesama mereka ada perselisihan dan pertentangan yang Allah lebih mengetahui hal itu. Dan setiap mereka berharap mendapatkan kekuasaan, keburukan mereka tidak lebih sedikit dari orang-orang yang berkuasa sekarang.

Dan negeri ini akan terus berada dalam kekacauan tidak ada kendalinya serta tidak ada yang mengetahui kapan akan berakhir kecuali Allah.

Maka janganlah kalian menta’ati mereka wahai penduduk Mesir!

Janganlah keluar bersama mereka! Kembalilah kepada Allah Ta’ala dalam rangka memperbaiki kondisi kalian, dan Dialah sebaik-baik wali dan penolong.

Wahai rakyat Mesir .. ingatlah firman Allah Ta’ala,

وإنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئاً إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

“Dan jika kalian bersabar dan bertakwa tidak akan membahayakan kalian tipu-daya mereka sedikitpun, sesungguhnya Allah maha meliputi apa yang mereka perbuat”.

Wahai rakyat Mesir ..ingatlah hadits Nabi kalian di dalam Ash-Shohihain dari Abu Hurairah beliau berkata : Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallama bersabda,

” ستكون فتن ، القاعد فيها خير من القائم ، والقائم فيها خير من الماشي ، الماشي فيها خير من الساعي ، من تشرف لها تستشرفه ”

“Akan terjadi fitnah-fitnah, orang yang duduk padanya lebih baik dari pada orang yang berdiri. Dan orang yang berdiri padanya lebih baik dari pada orang yang berjalan. Dan orang yang berjalan padanya lebih baik dari pada orang yang berlari barangsiapa mengikuti atau menginginkannya fitnah akan membinasakannya”.

Barangsiapa yang menginginkannya dan ikut serta di dalamnya maka fitnah itu akan membinasakannya .. akan membinasakannya.

Maka tetaplah dirumah kalian .. ta’atilah Robb kalian, tahanlah lidah kalian dan laksanakanlah apa yang difardhukan atas kalian.

Alangkah agungnya apa yang ditunjukkan syara’ kepada kita dan alangkah buruknya ajakan orang-orang jahil dan para demonstran dan pelaku keonaran.

Sumber: www.albaidha.net

Disalin ulang dari: abuzubair.net untuk dipublikasikan oleh: Sunnah Melayu