DIALOG SEPUTAR JENGGOT

on Sabtu, 05 Desember 2009

Penulis Asy-Syaikh 'Abdul Karim al-Juhaiman



Segala puji untuk Alloh atas segala nikmat-Nya. Sholawat dan Salam untuk Makhluknya yang paling mulia dan penutup para Nabi, Muhammad dan para Keluarga, dan Shahabat beliau.

Di Zaman ini telah tersebar salah satu jenis mode banci yang disebut mencukur jenggot. Sebuah kebetulan yang sangat indah, duduk di sebuah majelis dua orang yang saling berlawanan (kisah nyata). Yang satu adalah orang yang Alloh karuniai jenggot yang menawan, sekaligus ciri kejantanan yang jelas. Dia merawatnya, bangga dengannya, bahkan menganggap hal itu sebagai sebuah kemuliaan. Sedangkan orang kedua adalah orang yang memusuhi dan membenci dengan ciri ini. Oleh karena itu, jenggotnya dia cukur habis dengan pisau cukur. Dari lubuk hatinya yangpaling dalam dia bercita-cita meski konyol, anda dia mampu mencabuti rambut tersebut satu per satu dari akar-akarnya, tentu akan dia lakukan agar wajahnya tetap mulus bersih dari rambut-rambut tersebut, sehingga wajahnya halus tanpa jenggot seperti wajah seorang gadis.

Dua orang yang bisa dinilai sebagai dua orang yang bermusuhan ini bertatap muka. Keduanya lalu membawakan alasannya masing-masing demi membela kebiasaannya. Berikut ini dialog yang terjadi dengan sedikit diringkas.

Pemilik jenggot (Selanjutnya disebut J) :
(Sambil berisyarat kepada lawan bicaranya) Mengapa setiap pagi dan petang kulihat kau bersusah-payah menghilangkan rambut-rambut itu seakan-akan Alloh membebanimu dengan sebuah perintah untuk menghilangkannya. Tidak, bahkan aku yakin andai kau benar-benar diperintahkan untuk melakukannya tentu engkau akan malas dan menganggapnya sebagai pekerjaan berat dan beban yang sudah melewati batas.

Orang yang mencukur jenggot (selanjutnya disebut AJ) :
Apa urusanmu dengan rambut-rambut ini. Mau kucukur atau kubiarkan ini kan jenggot-jenggotku sendiri yang bisa kuperlakukan semauku sendiri. Subhanalloh!! Jenggot-jenggotku sendiri ingin kau atur-atur juga!

J : Tenang Wahai Saudaraku! Mengapa pakai emosi segala! Kita ingin berdialog dalam suasana penuh kejernihan dan rasa cinta. Sampaikan alasanmu akan kusampaikan alasanku. Mari berdialog namun kita semua harus berprinsip bahwa tujuan kita adalah mencari kebenaran. Kebenaran itulah yang kita cari bersama. Kita akan mengambil kebenaran itu di mana saja kebenaran itu ada. Tidakkah kau setuju dengan persyaratan ini?

AJ :Ya, Aku setuju. Akan tetapi, apa yang akan kau sampaikan sehingga aku bisa mengutarakan pendapatku?

J : Jika demikian, mari kita kembali kepada pernyataan yang kau sampaikan. Tadi kau bilang bahwa jenggot itu adalah jenggot-jenggotmu sendiri terserah mau kau apakan. Ya, memang itu merupakan jenggotmu sendiri, tetapi terserah mau kau apakan itu tidak benar.

AJ : (emosi, marah-marah, hendak bangkit, hampir saja kemarahannya meledak)

J : Jangan tergesa-gesa , santailah tunggu sampai aku menyelesaikan jawabanku, baru setelah itu kau bisa berkomentar sesuai dengan yang kau inginkan. Salah satu kateristik dan ciri umat khas ini adalah Alloh jadikan sebagai umat yang beramar ma'ruf dan nahi mungkar. "Kalian adalah sebaik-baik manusia yang dilahirkan untuk manusia. Kalian beramar ma'ruf dan nahi munkar." (Qs. Ali 'Imron: 110) Muhammad Shalallohu 'alayhi wasalam, pemimpin seluruh manusia bersabda, "Barangsiapa melihat kemungkaran maka hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika dia tidak mampu maka dengan lisannya. Bila tidak mampu dengan hatinya." (HR. Muslim) Kita sebagai umat Islam seharusnya seperti jasad. Sebagian tubuh merasa sakit karena bagian tubuh yang lain. Kita nilai kebaikan orang lain sebagaimana kita juga menilai kejelekan orang tersebut. Bukankah demikian?

AJ : (dengan roman muka terpaksa) Ya.

J : Selama kau akui hal tersebut maka kukatakan kepadamu bahwa mencukur jenggot itu termasuk kemungkaran. Aku berkeyakinan bahwa ikatan persaudaraan seagama mengharuskanku untuk mengingatkan hal tersebut.

AJ : (dengan suara tercekik yang menunjukan ketidakberdayaan) Rambut-rambut ini hanya sejenis kotoran. Di dalamnya terdapat beragam mikrobakteri. Menghilangakan rambut-rambut tersebut termasuk ajaran kebersihan dalam agama kita. Padalah Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam bersabda, "Kebersihan itu sebagian dari iman."

J : (dengan penuh percaya diri dan yakin akan menang) Aku rela menyerahkan hukum kepada orang yang bersabda, "kebersihan itu sebagian dari iman." Apakah kau juga rela melakukan hal serupa?

AJ : (dengan sedikit bimbang) Ya.

J : Jika demikian, mari kita perhatikan orang yang bersabda, "Kebersihan itu sebagian dari iman." Andai hadits tersebut benar-benar shohih, mari kita cermati apakah beliau mencukur jenggotnya? Apakah beliau pangkas habis dengan pisau cukur setiap pagi dan petang dengan anggapan bahwa hal itu termasuk kebersihan yang beliau anjurkan kepada umatnya, sebagaimana pradugamu? Ataukah beliau malah membiarkannya dan memerintahkan untuk membiarkannya?

AJ : (nampak jelas tanda-tanda kebingungan yang menunjukan kalau dia telah melakukan sebuah kesalahan)

J : Terdapat keterangan yang jelas dari Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam yang tidak diragukan dan tidak bisa diotak-atik lagi, bahwa beliau memiliki jenggot dengan rambut yang lebat. Beliau bahkan memerintahkan agar dibiarkan untuk menyelisihi orang-orang musyrik.

AJ : (dengan wajah masam seolah merasa terpojok) Tinggalkanlah ucapan seperti itu. Setiap zaman memiliki akhlaq dan tradisi berbeda. Dalam hal ini acuannya adalah perasaan dan hal ini sama sekali bukan wilayah agama. Setiap orang boleh berbuat sebagaimana kehendak perasaannya dan hal yang dimantapi oleh hatinya. Biarkanlah aku mengikuti perasaanku dan pergilah engkau mengikuti perasaanmu. Aku tidak mau mengikutimu!

J : Subhanalloh, kau katakan acuan dalam masalah ini adalah perasaan dan hal ini bukan merupakan wilayah agama? Benar-benar mengherankan. Bisa-bisanya kau tidak mengetahui perkara ini dalam syariat. Aku ingin bertanya, jawablah demi Robb-mu. Apa sih Agama itu?

AJ : (bingung lantas terdiam, kemudian memandang J seolah bertanya)

J : Bukankah agama adalah yang terdapat di dalam al-Qur'an dan as-Sunnah Nabi Shalallohu 'alayhi wasalam yang shohih?

AJ : (menganggukkan kepala)

J : Jika demikian mari kita renungkan, apakah terdapat keterangan dari Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam mengenai hal ini atau tidak?

AJ : Ya, carilah lalu sampaikan keterangan dari Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam kepadaku!

J : Dengan senang hati, namun izinkanlah aku menyampaikan sebuah pengantar sebelum membawakan berbagai dalil.

AJ : Silakan.

J : Hadits dari Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam berkenaan dengan hal ini hampir sampai derajatnya mutawatir atau bahkan telah sampai derajat mutawatir. Aku yakin tentu kau ingin tahu hikmah yang terkandung dalam larangan mencukur jenggot. Dalam syariat Nabi shalallohu 'alayhi wasalam seringkali memerintahkan menyelisihi orang-orang musyrik. Tahukah engkau mengapa seperti itu?

AJ : Tidak tahu.

J : Menyelisihi orang-orang musyrik merupakan salah satu tujuan syariat karena serupa secara lahir akan menyebabkan dan menghasilkan serupa secara batin. Secara umum, seorang muslim hendaknya menyelisihi orang musyrik dalam masalah agama, tradisi, akhlaq, dll. Aku yakin sekarang kau ingin mengetahui dalil-dalil dari Rosululloh shalallohu 'alayhi wasalam mengenai masalah ini.

AJ : (dengan suara mengejar) Ya, hilang sudah kesabaranku. Aku telah rindu untuk mengetahui dalil-dalil yang kau janjikan semenjak tadi.

J : Bila demikian, inilah sebagian dalil-dalil tersebut. Nabi Shalallohu 'alayhi wasalam bersabda,

"Selisihilah orang-orang Musyrik, lebatkanlah jenggot, dan pangkaslah kumis." (HR. Bukhori dan Muslim)

"Selisihilah orang-orang Majusi karena mereka memendekkan jenggot dan memanjangkan kumis." (HR. Muslim)

"Dari Ibnu 'Umar rodhiallohu 'anhuma, beliau berkata, "Kami diperintahkan untuk mencukur kumis dan melebatkan jenggot."" (HR. Muslim)

Salah satu ciri fisik Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam adalah memiliki rambut jenggot yang lebat. (HR. Muslim)

Sedangkan Alloh berfirman,
"Sungguh, dalam diri Rosululloh terdapat suri teladan yang baik." (Qs. Al-Ahzab: 21)

Dan masih banyak lagi dalil berupa hadits dari Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam berkaitan dengan hal ini. Lihatlah, Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam membiarkan jenggotnya, beliau memerintahkan umatnya untuk menyelisihi orang-orang musyrik dan majusi dengan memangkas kumis dan memelihara jenggot, karena menyelisihi orang musyrik --sebagaimana tadi telah kami sampaikan-- merupakan salah satu tujuan syariat. Sebab, menyerupai orang musyrik secara lahir akan menyebabkan timbulnya rasa cinta dalam hati, sebagaimana rasa cinta dalam hati menyebabkan keinginan menyerupainya secara lahir. Dengan penjelasan ini, tidakkah sekarang jelas bahwa perkara ini tidak sebagaimana yang telah kau utarakan, yaitu urusan jenggot adalah urusan perasaan dan bukan wilayah agama? Apakah sekarang kau bisa mengetahui kerancuan dan titik lemah pendapatmu dan kebenaran ada pada pihak kami?

AJ : (setelah berpikir dalam-dalam) Sekarang memang tidak ragu lagi bahwa pendapatmu memang benar. Akan tetapi, aku mempunyai alasan yang ingin kuutarakan kepadamu. Orang-orang di lingkunganku suka mengolok-olok dan merendahkan orang yang berjenggot. Mereka memandang remeh dan hina terhadap orang yang berjenggot. Aku yakin kau pernah mendengar untaian syair:

Andaikan Jenggot ini Ganja
Lalu jadi Pakan Kuda-kuda Umat Islam...

Bait syair di atas menyebabkan orang-orang yang berjenggot naik pitam. Mereka sampaikan bait di atas di hadapan orang banyak. Oleh karena itu, aku sekarang yakin bahwa memelihara jenggot adalah hal yang benar dan utama. Akan tetapi, aku t idak mampu melakukannya.

J : Keyakinanmu itu memang benar, tetapi ketidakberdayaanmu melakukannya tidak memberikan manfaat kepadamu. Bahkan, orang yang tidak tahu lebih baik daripada dirimu. Hal itu karena tidak ada gunanya kita mengetahui kebenaran sesuatu bila tidak disertai pengamalan.

AJ : Selama aku masih mengetahui hal itu benar --aku tidak menerapkannya karena suatu sebab, aku meninggalkannya karena beralasan-- tidakkah hal itu bisa dijadikan alasan untukku?

J : Tidak, engkau tidak memiliki alasan, peganglah tanganku agar kutunjukkan bahwa pendapat yang tepat dan benar adalah pendapatku. paman Nabi, Abu Tholib, paman bagi pemimpin seluruh manusia yaitu Muhammad Shalallohu 'alayhi wasalam. Dia membela Rosululloh Shalallohu 'alayhi wasalam dengan lisan dan fisik. Segalanya dia korbankan untuk menolong Nabi. Di samping itu beliau mengakui bahwa agama yang dibawa oleh keponakannya itu benar. Lawan dari kebenaran adalah kesesatan. Dalam sebuah qosidah Abu Tholib bersenandung,

Sungguh kutahu bahwa agama Muhammad Shalallohu 'alayhi wasalam
adalah sebaik-baik agama seluruh makhluq
Andai tidak karena celaan atau takut cacian
Sungguh kau dapat menyaksikan aku menerimanya

Abu Tholib sendiri menyatakan bahwa dia tidak mengikuti agama yang dia yakini kebenarannya hanya karena takut celaan dan cacian, seperti dalam kasus anda mencukur jenggot. Meski demikian Abu Tholib termasuk penghuni neraka sebagaimana tersebut dalam al-Qur'an dan Sunnah Rosul. Pengetahuan Abu Tholib mengenai kebenaran tidaklah berguna karena tidak diiringi dengan amal.



AJ : (berdiri lalu menjabat tangan lawan bicaranya sebagaimana jabat tangan seorang teman terhadap temannya. Dia lalu berkata dengan nada penuh ketulusan dan persaudaraan) Sekarang kusadari bahwa kebenaran itu bersamamu. Dadaku telah lapang untuk menerima pendapatmu. Sejak detik ini aku akan menjadi orang yang berjenggot, orang yang memelihara jenggot karena menganggapnya sebagai sebuah kemuliaan dan mempertahankannya sebagai pembeda dan ciri khas. Kuanggap pertemuan kita saat ini merupakan pertemuan yang paling membahagiakan. Ucapanmu akan kujadikan senjata terhadap orang-orang yang ingin menghilangkan ciri khas kelelakian dari para pemuda dan senjata terhadap orang-orang tanpa sadar menyelisihi agamanya.

J : Sebelum kita berpisah aku ingin menyampaikan sebuah nasihat berharga dan kenyataan yang ada. Kita kaum muslim, pada zaman ini mengalami kelemahan pada segenap sisi. Kita lemah dalam aspek agama, moral, finansial, industri, dan fisik badan. Kita menginginkan masa depan yang gemilang, memiliki 'izzah (kemuliaan), dan kekuatan yang luas. Jika kita menginginkan itu semua, seyogyanya kita kuatkan diri kita dalam seluruh aspek. Salah satu di antaranya adalah fisik badan. Menguatkan fisik badan tidak menuntut sesuatu yang memberatkan. Kita hanya dituntut untuk tidak cenderung pada kelembutan dan kita dituntut untuk meninggalkan kecenderungan yang membawa kepada sikap lemah-lembut seperti perempuan. Kita harus memberikan perhatian untuk menggunakan makanan, minuman, pakaian, dll. yang cenderung kasar. Salah satu pemicu timbulnya rasa malu adalah adanya beberapa tokoh yang hendak melenyapkan ciri khas kelelakian dari para pemuda dengan bentuk0bentuk KEWARIAAN, lembut, lunak, dan mudah sedih, sehingga jika tubuh mereka dihembus sedikit angin menjadi kurang sehat dan hanya terbaring di tempat tidur beberapa hari lamanya. Semoga Alloh membimbing mereka ke jalan yang lurus.

***

AJ berterima kasih kepada lawan debatnya yang keras namun telah berubah menjadi teman akrab. Dia berjanji kepada J untuk menjadi pembela jenggot, membenci perbuatan mencukur jenggot, dan berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankannya.

Keduanya telah mengakhiri dialog dengan beberapa kesimpulan:

- Jenggot merupakan perhiasan seorang laki-laki.
- Jenggot merupakan tanda kemuliaan seorang laki-laki.
- Jenggot merupakan karakteristik seorang laki-laki.
- Jenggot merupakan pembeda antara laki-laki dan perempuan.

Inilah yang terjadi di antara keduanya. Kemenangan --sebagaimana pembaca saksikan-- berada di pihak pemilik jenggot. Tidaklah ada selain kebenaran kecuali kesesatan.

Aku kira --tetapi aku berharap kalau pradugaku itu salah-- bahwa dialog ini akan menimbulkan kemarahan banyak orang sehingga mereka akan mencela penulisnya dan menuduh dengan berbagai tuduhan. Lalu apa salah penulis? Dialog ini merupakan sebuah dialog nyata lagi riil. Penulis hanya melakukan penyusunan, peringkasan dan pemaduan. Orang-orang yang mungkin mencela itu hendaknya merasa kasihan terhadap dirinya sendiri dan merenung. Adakah kami memiliki tujuan lain selain mengadakan perbaikan?

"Katakanlah, 'Jika kalian benar-benar mencintai Alloh, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Alloh akan mengasihi kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Ali-Imran: 31)

Maraji' :
Judul Asli "Muhaawaroh Thoriifah Bayna Dzii Lihyah wa Mahluuqiha"
Penulis 'Abdul Karim al-Juhaiman
Tahun 1987 M.

Sumber: Buku "Jenggot Yes, Isbal No."


0 komentar:

Posting Komentar