MENYANDARKAN TURUNNYA HUJAN KEPADA SELAIN ALLAH

on Rabu, 27 Januari 2010


KUFUR NIKMAT KARENA MENYANDARKAN TURUNNYA HUJAN KEPADA SELAIN ALLAH

Di antara bentuk kufur nikmat adalah menyandarkan turunnya hujan kepada selain Allah ‘azza wajalla. Hal ini sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu. Berikut ini pembahasannya yang merupakan kelanjutan dari kajian Kitab At-Tauhid karya Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah Bab Ma Ja-a Fil Istisqa’ bil Anwa’ yang disampaikan oleh Al-Ustadz Abu Sa’id Hamzah pada acara LKIBA Ma’had As-Salafy Jember, hari Ahad 1 Shafar 1431 / 17 Januari 2010.

ولهما عن زيد بن خالد الجهني رضي الله عنه ، قال : « صلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة الصبح بالحديبية على إثر سماء كانت من الليل ، فلما انصرف أقبل على الناس فقال : ” هل تدرون ماذا قال ربكم ” ؟ . قالوا : الله ورسوله أعلم ، قال : ” قال : أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر ، فأما من قال : مطرنا بفضل الله ورحمته ، فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب ، وأما من قال : مطرنا بنوء كذا وكذا ، فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب. » .

Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari shahabat Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami ketika shalat shubuh di Hudaibiyyah setelah turunnya hujan tadi malam. Tatkala selesai salam beliau menghadap ke arah para shahabat kemudian bersabda: Apakah kalian mengetahui apa yang difirmankan Rabb kalian? Para shahabat mengatakan: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi bersabda: Allah berfirman: Pada pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada pula yang kafir, adapun orang-orang yang mengatakan: Kami diberi hujan dengan sebab keutamaan dari Allah dan rahmat-Nya, maka dia telah berman kepada-Ku dan kufur terhadap bintang-bintang. Dan adapun orang yang mengatakan: Kami diberikan hujan dengan sebab bintang ini dan bintang itu, maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.

Penjelasan beberapa lafazh hadits:

ولهما عن زيد بن خالد الجهني رضي الله عنه

Maksudnya adalah hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim dalam kitab Shahih keduanya dari shahabat Zaid bin Khalid Al-Juhani radhiyallahu ‘anhu. Dhamir (kata ganti) lahuma (yang maknanya bagi keduanya) yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim. Penggunaan kata ganti dalam konteks seperti ini sering digunakan oleh para ulama.

صلى لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم صلاة الصبح

Yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengimami kami ketika shalat shubuh.

بالحديبية

Kata ini dalam bahasa Arab bermakna nama sebuah sumur atau terkadang digunakan juga untuk penyebutan sebuah tempat tertentu. Kenyataanya yang lebih dikenal dan sering digunakan adalah untuk penyebutan sebuah tempat tertentu.

على إثر سماء كانت من الليل

Maksudnya adalah setelah turun hujan malam harinya.

فلما انصرف أقبل على الناس

Yaitu tatkala selesai salam, beliau menghadap ke arah para shahabatnya yang saat itu ikut shalat bersama beliau.

فقال : ” هل تدرون ماذا قال ربكم ” ؟

Kemudian belau bersabda: “Apakah kalian tahu apa yang telah difirmankan Rabb kalian?” Perkataan ini menunjukkan betapa besarnya perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya. Beliau ingin memberikan faidah ilmiah kepada umatnya dengan apa yang telah beliau ketahui. Bersemangat untuk memberikan faidah kepada saudaranya merupakan perilaku yang patut dicontoh. Tanamkan pada diri kita bagaimana kita bisa memberikan faidah kepada saudara kita, mungkin di antara kita ada yang tidak mampu memberikan faidah yang sifatnya duniawi (materi) kepada saudaranya, maka sebagai gantinya kita upayakan apa yang kita dapatkan dari majelis ilmu berupa faidah ilmiyyah untuk disampaikan kepada saudara kita yang belum mendapatkan (mengetahuinya).

Dan thariqah (metode) pengajaran yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah thariqah tanya jawab. Metode seperti ini menarik sekali dan merupakan thariqah yang jitu dalam pengajaran serta lebih bermanfaat daripada mengajar tetapi tidak pernah ada tanya jawab padanya.

قالوا : الله ورسوله أعلم

Para shahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Jawaban para shahabat yang demikian menunjukkan tingginya kemuliaan adab para shahabat, karena ketika mereka tidak mengetahui suatu perkara agama, maka permasalahan tersebut dikembalikan kepada ahlinya yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, mulianya adab para shahabat ini tidak lepas dari didikan langsung dan bimbingan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

قال : أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر ، فأما من قال : مطرنا بفضل الله ورحمته ، فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب ، وأما من قال : مطرنا بنوء كذا وكذا ، فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب.

Allah subhanahu wata’ala berfirman: Pada pagi hari ini, ada di antara hamba-hamba-Ku yang beriman dan adapula yang kafir. Adapun orang-orang yang mengatakan: ‘Telah turun hujan tadi malam kepada kita karena keutamaan dan rahmat Allah’, maka merekalah yang telah beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Sedangkan orang yang telah mengatakan: ‘Telah turun hujan tadi malam disebabkan bintang yang demikian dan demikian’, maka dia telah kafir kepada-Ku dan telah beriman kepada bintang-bintang.

Penjelasan secara global hadits ini

Dalam hadits ini, shahabat Zaid bin Khalid memberitakan kepada kita bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah beliau selesai mengimami shalat fajar bersama para shahabatnya di Hudaibiyah beliau ingin memberikan faidah dan pelajaran kepada para shahabat, maka beliau menanyakan: ‘Apakah kalian mengetahui apa yang difirmankan Rabb kalian?’ Maka para shahabat yang mereka sangat baik adabnya, ketika tidak mengetahui jawaban dari pertanyaan Rasulullah tersebut, mereka menyerahkan ilmu tentang permasalahan ini kepada ahlinya. Maka kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa Allah subhanahu wata’la telah mewahyukan kepada beliau bahwasanya manusia itu terbagi menjadi dua setelah turunnya hujan, yaitu orang yang bersyukur (beriman) dan orang yang kufur. Barang siapa yang menisbahkan (menyandarkan) turunnya hujan kepada Allah, maka dia telah bersyukur (beriman) dan barang siapa yang menisbahkan hujan kepada bintang-bintang, berarti dia telah kufur kepada Allah. Dan yang mengimani bahwa bintang itu sendiri yang menurunkan hujan, maka dia telah kafir. Dan adapun yang menisbahkan hujan itu kepada bintang dan dia tetap meyakini bahwa Allah subhanahu wata’ala yang menurunkan hujan, maka ini masuk ke dalam syirik ashgar kerena dia telah menjadikan sesuatu sebagai sebab yang padahal sesuatu itu bukan sebagai sebab secara syar’i maupun kauni (hukum alam).

Faidah yang terkandung dalam hadits ini:

1. Disunnahkan bagi imam shalat untuk menoleh dan menghadapkan wajahnya ke arah makmum ketika selesai salam.

2. Disunnahkan untuk membuat rindu atau penasaran kepada ilmu dengan thariqah (metode) tanya jawab, sebagaimana hal ini telah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebetulnya Rasulullah mampu untuk menyampaikan langsung pokok permasalahan yang akan menjadi objek pembicaraan, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyengaja tidak melakukanya untuk menciptakan rasa penasaran para shahabat agar mereka lebih perhatian ketika menerima ilmu. Banyak juga hadits yang menyebutkan thariqah seperti ini.

3. Menetapkan sifat berbicara bagi Allah. Berbicaranya Allah tentu berbeda dengan bicaranya makhluq. Bicaranya Allah subhanahu wata’ala sesuai dengan kemuliaan-Nya.

4. Gambaran adab yang baik bagi orang yang ditanya tentang sesuatu yang tidak diketahui, yaitu dengan mengatakan Allahu a’lam atau yang semisal dengannya.

5. Haramnya kufur terhadap nikmat Allah.

6. Penetepan sifat Rahmah bagi Allah ta’ala, yaitu sifat kasih sayang. Makhluk mempunyai sifat kasih saying, tapi berbeda dengan kasih sayang Allah.

7. Menisbahkan (menyandarkan) nikmat kepada selain Allah adalah salah satu bentuk kufur nikmat kepada-Nya.

8. Haramnya ucapan seseorang: ‘Kami diberi hujan karena bintang ini dan bintang itu.’

Insya Allah bersambung....

sumber: http://www.assalafy.org/mahad/?p=433#more-433

0 komentar:

Posting Komentar