DALIL DUSTA TENTANG TAWASUL (3)

on Rabu, 12 Mei 2010

Hadits, Atsar Dha’if Serta Palsu Seputar Tawassul dan Tabarruk (3)

Penulis: Al-Akh Yulian Purnama

Atsar berikut ini sering dijadikan alasan untuk ber-ziarah makam wali serta mengusap dan mencium kuburan wali.

عن أبي الدرداء رضي الله تعالى عنه، قال: إن بلالا رأى في منامه النبي صلى الله تعالى عليه و سلم و هو يقول: ما هذه الجفوة يا بلال؟ أما آن لك أن تزورني يا بلال؟ فانتبه حزينا وجلا خائفا، فركب راحلته و قصد المدينة فأتى قبر النبي صلى الله تعالى عليه و سلم، فجعل يبكي عنده و يمرغ وجهه عليه، فأقبل الحسن و الحسين رضي الله تعالى عنهما، فجعل يضمهما و يقبلهما، فقالا له: يا بلال، نشتهي أن نسمع أذانك الذي كنت تؤذن به لرسول الله صلى الله تعالى عليه و سلم في المسجد، ففعل،

“Dari Abu Darda’ radhiallahu’anhu, ia berkata: ‘Bilal bermimpi bertemu dengan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam. Beliau bersabda kepada Bilal: “Wahai Bilal, engkau tidak sopan. Apakah belum datang saatnya engkau mengunjungiku?”. Maka ia bangun dengan rasa sedih dan cemas dalam dirinya. Bilal pun lalu menunggangi kendaraannya menuju Madinah, ia mendatangi kubur Nabi Shallallahu’alahi Wasallam. Ia menangis lalu meletakkan wajahnya di atas pusara Rasulullah. Kemudian ia bertemu Hasan dan Husain Radhiallahu Ta’ala ‘Anhuma. Lalu Bilal memeluk dan mencium keduanya. Keduanya berkata kepada Bilal: ‘Wahai Bilal, kami berdua mendesakmu untuk memperdengarkan adzan yang pernah kau perdengarkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di masjid, Bilal-pun melakukannya..‘”

Kisah ini dibawakan oleh:

1. Ibnu ‘Asakir dalam Tarikh Dimasyqi (137/7), dengan sanad
2. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Usud Al Ghabbah (131/1), tanpa sanad
3. Al Mizzi dalam Tahdzibul Kamal mengisyaratkan kisah ini, namun tidak menyebut perihal menangis dan mencium kubur.

يقال: إنه لم يؤذن لاحد بعد النبي صلى الله عليه وسلم، إلا مرة واحدة، في قدمة قدمها المدينة لزيارة قبر النبي صلى الله عليه وسلم، وطلب إليه الصحابة ذلك فأذن، ولم يتم الاذان

“Ada yang mengatakan bahwa Bilal tidak pernah adzan setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam kecuali hanya sekali. Yaitu ketika ia datang ke Madinah untuk berziarah ke kubur Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Para sahabat memintanya ber-adzan, ia pun mengiyakan. Namun ia beradzan tidak sampai selesai” (Tahdzibul Kamal, 289/4)
4. Adz Dzahabi dalam Tarikh Islami (273/4), dengan sanad
5. Ali Bin Ahmad As Samhudi, dalam Al Wafa’ bi Akhbar Al Musthafa (44/1), tanpa sanad

Perhatikanlah, semua kitab yang membawakan kisah ini adalah kutubut taarikh (kitab-kitab sejarah), bukan kitab hadits.

Jalan Periwayatan

Adz Dzahabi dalam Tarikh Islami membawakan kisah ini dengan sanad sebagai berikut:

قال أبو أحمد الحاكم: نا ابن الفيض، نا أبو إسحاق إبراهيم بن محمد بن سليمان بن بلاد بن أبي الدرداء: حدثني أبي، عن أبيه سليمان، عن أم الدرداء، عن أبي الدرداء

“Dari Abu Ahmad Al Hakim: Ibnu Fayd mengabarkan kepada kami: Abu Ishaq Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman bin Bilad bin Abi Darda mengabarkan kepada kami: Ayahku (Muhammad) mengabarkan kepadaku: Dari Sulaiman: Dari Ummu Darda’: Dari Abu Darda’ ”

Komentar Para Ulama

Pertama: Adz Dzahabi dalam Tarikh Islami mengatakan:

إبراهيم بن محمد بن سليمان الشامي مجهول، لم يروِ عنه غير محمد بن الفيض الغسّاني

“Ibrahim bin Muhammad bin Sulaiman Asy Syami itu majhul, orang yang mengambil riwayat darinya hanya Muhammad bin Fayd Al Ghassani”

Adz Dzahabi juga men-dhaif-kan kisah ini dalam Siyar A’lamin Nubala (357-358/1)[1]

Kedua: Ibnu Abdil Hadi berkata:

هذا الأثر المذكور عن بلال ليس بصحيح

“Atsar yang dikatakan dari Bilal ini tidak shahih” (Ash Sharimul Munkiy, 314)[2]

Nampaknya kisah ini dikatakan shahih oleh As Subki, maka Ibnu Abdil Hadi dalam Ash Sharimul Munkiy pun menyanggahnya:

جميع الأحاديث التي ذكرها المعترض في هذا الباب وزعم أنها بضعة عشر حديثاً ليس فيها حديث صحيح، بل كلها ضعيفة واهية

“Seluruh hadits yang dibawakan As Subki dalam masalah ini, yang diklaim berjumlah belasan hadits, bukan hadits-hadits shahih. Bahkan semuanya hadits yang sangat lemah” (Ash Sharimul Munkiy, 14) [3]

Ketiga: Ibnu Hajar Al Asqalani berkata:

هي قصة بينة الوضع

“Kisah ini adalah kedustaan yang nyata” (Lisanul Mizan, 107-108/1)[4]

Keempat: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

ليس في الإحاديث التي رويت بلفظ زيارة قبره -صلى الله عليه وسلم- حديث صحيح عند أهل المعرفة، ولم يخرج أرباب الصحيح شيئاً من ذلك، ولا أرباب السنن المعتمدة، كسنن أبي داود والنسائي والترمذي ونحوهم، ولا أهل المساند التي من هذا الجنس؛ كمسند أحمد وغيره، ولا في موطأ مالك، ولا مسند الشافعي ونحو ذلك شيء من ذلك، ولا احتج إمام من أئمة المسلمين -كأبي حنيفة ومالك والشافعي وأحمد وغيرهم- بحديث فيه ذكر زيارة قبره

“Hadits-hadits yang diriwayatkan dengan mengandung lafadz ‘ziarah kubur Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam‘ tidak ada yang shahih menurut para ulama hadits. Hadits-hadits seperti ini tidak pernah dibawakan oleh pemilik kitab Shahih, tidak juga pemilik kitab Sunan yang menjadi pegangan, seperti Sunan An Nasa-i atau semacamnya, tidak juga kitab Musnad yang menjadi pegangan, seperti Musnad Ahmad atau semacamnya, tidak juga kitab Muwatha Malik, tidak juga kitab Musnad Asy Syafi’i atau semacamnya. Hadits-hadits seperti ini tidak pernah dipakai para Imam Mazhab dalam berhujjah. Yaitu hadits yang didalamnya disebut lafadz ziarah kubur Nabi” (Majmu’ Fatawa, 216/27)[5]

Kelima: Al Mizzi dalam Tahdzibul Kamal (289/4) mengisyaratkan lemahnya riwayat ini karena beliau menggunakan lafadz يقال

Keenam: Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani berkata:

: فهذه الرواية باطلة موضوعة ولوائح الوضع عليها ظاهرة من وجوه عديدة أهمها قوله : ( فأتى قبر النبي صلى الله عليه و سلم فجهل يبكي عنده ) فإنه يصور لنا أن قبره صلى الله عليه و سلم كان ظاهرا كسائر القبور التي في المقابر يمكن لكل أحد أن يأتيه وهذا باطل بداهة عند كل من يعرف تاريخ دفن النبي صلى الله عليه و سلم في حجرة عائشة رضي الله عنها وبيتها الذي لا يجوز لأحد أن يدخله إلا بإذن منها كذلك كان الأمر في عهد عمر رضي الله عنه

“Riwayat ini batil, palsu, kedustaan yang nyata. Terlihat jelas dari beberapa sisi, yang paling jelas adalah perkataan ‘Bilal mendatangi kubur Nabi sambil menangis di sisinya’, perkataan ini seolah-olah menggambarkan kepada kita bahwa kubur Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam nampak jelas seperti kuburan orang lain yang dapat didatangi siapa saja. Ini sebuah kebatilan yang nyata bagi orang yang mengetahui sejarah. Bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dimakamkan di kamar Aisyah Radhi’allahu’anha di dalam rumahnya, yang tidak diperbolehkan masuk kecuali atas izin Aisyah. Hal ini masih berlaku hingga masa pemerintahan Umar Radhiallahu’anhu‘ (Ad Difa’ An Al Hadits An Nabawi Wa As Sirah, 95)

Tambahan

Kisah ini sama sekali tidak menyebutkan tentang tabarruk atau beribadah di kuburan. Namun anehnya sering dibawakan oleh para Quburiyyun sebagai alasan untuk ziarah makam wali plus bertabarruk dan bertawassul di sana.

Hanya Allah yang beri taufik.

Artikel www.muslim.or.id
[1] Dinukil dari Ahadits Laa Tashih, Sulaiman bin Shalih Al Khurasyi, hal.6

[2] Ahadits Laa Tashih, hal.6

[3] Ahadits Laa Tashih, hal.6

[4] Ahadits Laa Tashih, hal.6

[5] Ahadits Laa Tashih, hal.6

sumber: http://muslim.or.id/aqidah/atsar-lemah-dan-palsu-seputar-tawassul-dan-tabarruk-3.html

0 komentar:

Posting Komentar