Golongan Yang Selamat

on Minggu, 06 Februari 2011

Penulis: Ustadz Abu Bakar Ramli bin Haya

Allah Subhanahu wa Ta’ala yang menciptakan kita, memerintahkan kepada kita untuk berpegang teguh pada Al-Qur’anul Karim dan melarang kita untuk bercerai-barai dengan berkelompok-kelompok, yang mana setiap kelompok berbangga dengan apa yang ada pada kelompoknya. Sebagaimana Allah berfirman:

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan.Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Ruum ayat 31-32)

Bersamaan dengan larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut untuk tidak membuat kelompok-kelompok yang akan memecah-belah agama, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam telah menggambarkan pada kita tentang umat Islam akan terjadi perpecahan karena penyelisihan mereka dan jauhnya mereka dari pemahaman yang benar dari kitabullah dan sunnah rasul-Nya.

ستفترق هذه الأمّتى على ثلاث و سبعين فرقة كلّها فى النار إلاّ واحدة ما أنا عليه و أصحابي

Kelak umatku akan berpecah menjadi 73 golongan.semuanya terancam di neraka kecuali satu golongan yakni golongan yang berada di atas jalanku dan para sahabatku. (Hadits Hasan Riwayat At-tirmdzi)

Dalam hadits tersebut, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan bahwa umatnya secara takdir kauniyah akan berpecah menjadi 73 golongan dan hanya satu golongan yang selamat diantara golongan-golongan yang tersesat tersebut. Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam tidak menyebutkan nama dari golongan yang selamat tersebut tetapi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan ciri dan sifat-sifatnya dengan perkataan ما أنا عليه وأصحابي

(perkara yang aku dan para sahabatku berada diatasnya), maksudnya siapa yang berpegang teguh pada kitabullah dan sunnah yang shahih berdasarkan apa yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Benarlah apa yang disabdakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bahwa sekarang ini bermunculan firqoh-firqoh (kelompok-kelompok) atau golongan-golongan dalam Islam yang tidak pernah ada di zaman Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Setiap kelompok tersebut pastilah mereka menyatakan berdasarkan pada Al-qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, setiap kelompok mengaku bahwa kelompoknyalah yang benar dan mengaku sebagai ahlu sunnah wal jama’ah. Pertanyaannya, mengapa terjadi perselisihan dan perpecahan, padahal setiap kelompok landasannya sama yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah?. Ternyata kalau kita teliti, yang membedakan diantara mereka adalah cara memahami atau menafsirkan Al-Qur’an dan sunnah yang berbeda-beda sesuai dengan pemahaman pendiri kelompok tersebut dan tujuan dari masing-masing kelompok. Mereka tidak mengembalikan pada pemahaman yang benar terhadap Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam yakni sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya. Inilah fenomena umat Islam yang terjadi di akhir zaman ini. Karenanya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam sejak jauh hari telah menggambarkan akan terjadi perpecahan umat dengan berkelompok-kelompok dan hanya satu yang selamat dari kesesatan yakni yang mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat yang memahami agama ini sebagaimana apa yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

Diantara ciri-ciri Firqotun Najiyah atau kelompok yang selamat tersebut adalah :

1. Berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-sunnah dengan pemahaman yang benar sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.

تركت فيكم أمرتين لن تضلّوا ما تمسّكتم بها كتاب الله و سنّة رسول الله

“Saya tinggalkan pada kalian dua perkara yang lkalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengannya yakni kitabullah dan sunnah Rasulullah.”(HR.Malik)

2. Jika terjadi perselisihan, mereka senantiasa mengembalikan kepada Al-Qur’an dan sunnah sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah dan para sahabatnya. Sebagai pengamalan dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. QS Qn-Nisaa : 59)

Dalam Hadits hasan riwayat Tirmidzi, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam memberikan solusi ketika terjadi perpecahan dengan berpegang teguh kepada sunnah Beliau Shalallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para khulafaur rasyidin

…فإنّه من يعش منكم فسيرى إختلافا كثيرا فعليكم بسنّتى وسنّةالخلفاءالرّاشدين المهديين

“Maka sungguh barang siapa diantara kalian yang hidup sesudahku maka kelak dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka hendaklah kalian berpegang pada sunnahku dan sunnah para khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk”.

3. Mereka tidak mendahulukan perkataan seseorang, bagaimanapun tinggi kedudukannya,di atas perkataan Allah dan Rasul-Nya sebagai amalan terhadap firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertaqwalah kepada Allah.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS Al-hujarat :1)

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu:

يوشك ان يتنزّل عليكم حجارة من السماء. اقول قال رسول الله وتقولون قال أبو بكر و عمر

Hampir saja ditimpakan pada kalian hujan batu dari langit . Aku berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda, tapi kalian mengatakan “Abu Bakar dan Umar telah berkata”.

4. Senantiasa memperhatikan dan memprioritaskan dakwah kepada tauhid dan mengingatkan bahaya kesyirikan sebagaimana yang dilakukan oleh seluruh Nabi dan Rasul ‘alaihis salam yang mana mereka memulai dakwahnya kepada tauhid

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:”Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.(QS. Al-Anbiya:25)

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):”Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu (QS.An-Nahl : 36)

5. Mereka senantiasa menyeru kepada yang ma’ruf dan melarang kepada yang mungkar

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar. (QS. Ali-Imran :110)

6. Mereka senantiasa menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam di dalam ibadahnya, akhlaqnya maupun muamalahnya sehingga mereka menjadi orang yang asing diantara kaumnya sebagaimana hadits shahih riwayat Muslim

إنّ الإسلام بدأ غريبا وسعودكما بدأ. فطوبى للغربي

“Sesungguhnya Islam awalnya dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka berbahagialah orang-orang yang asing”

Dalam riwayat lain

الغربي : الذين يصلحون إذا فسد الناس

من يعصيهم أكثر ممن يطيعهم

Orang asing adalah orang yang berbuat baik ketika manusia dalam keadaan rusak, yang mengingkari mereka lebih banyak daripada yang mengikutinya.

Renungan …..

Andaikan agama islam ini bagaikan air sungai maka manakah air yang masih jernih dan tidak tercampur dengan kotoran-kotoran sampah ? apakah air yang yang berada di hulu pada mata airnya ? ataukah air yang ada di muara ?. Demikian juga agama islam ini, jika kita ingin mengambil agama islam yang murni yang tidak tercampuri oleh kotoran-kotoran dari pendapat-pendapat manusia maka hendaklah kita mengambil agama islam ini dari mata airnya langsung yakni dari apa yang dipahami dan dilaksanakan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya baik dalam masalah ibadah, akhkaq maupun muamalah.

Ø Kalau kita ingin mendapatkan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam beragama maka hendaklah kita mengikuti cara beragamanya orang yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala ridhoi yakni dari kalangan para sahabat Muhajirin dan Anshor

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah:100)

Marooji : Firqotun Naajiyah oleh: Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu

http://ibnuabbaskendari.wordpress.com/2011/02/04/golongan-yang-selamat/

0 komentar:

Posting Komentar